Liputan6.com, Bristol - Metode pengisian daya smartphone kini tengah diuji coba dengan menggunakan media urine. Dan kini, teknologi tersebut tengah dirampungkan dan kelak bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
Teknologi yang diprakarsai ilmuwan Inggris ini menciptakan sebuah penemuan yang dapat mengisi baterai smartphone dari urine manusia.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang Tekno Liputan6.com kutip dari laman Mirror, Kamis (28/12/2017), mereka memanfaatkan teknologi sel microbial fuel dari urine yang dapat mengisi baterai smartphone, sama halnya dengan menggunakan kabel charger.
"Setiap 600ml urine mampu membuat smartphone dapat menelepon paling lama hingga tiga jam," kata Ionannis Ieropoulos, pemimpin tim ilmuwan tersebut.
Ionannis mengklaim, timnya menjadi yang pertama mengembangkan teknologi seperti ini. Ionannis mengungkapkan, "Saat ini kami tengah mengembangkan inovasi tersebut di University of the West of England di Bristol."
Studi Jangka Panjang
"Di masa lalu sel microbial fuel sebetulnya sudah diklaim dapat mengisi baterai ponsel, tapi belum ada bukti. Kini kami akan memperlihatkan sel tersebut benar-benar bisa dimanfaatkan untuk mengisi baterai perangkat teknologi," tutur Ionannis melanjutkan penjelasannya.
"Ini merupakan studi jangka panjang. Kami tengah menguji sistem energy-harvesting dari sel microbial fuel dan butuh waktu lama. Bisa bertahun-tahun. Jadi bisa dibilang kami menciptakan 'bekal' untuk masa depan," ujar Ionannis menambahkan.
Urin ini, kata Ionannis, nantinya bisa disimpan dalam sebuah perangkat seperti power bank atau bisa langsung dihubungkan via kabel ke smartphone untuk mengisi baterai.
Sel ini juga termasuk ke dalam sumber energi terbarukan dan lebih murah dari platinum yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar alat pengisian baterai.
Advertisement
Isi Baterai Smartphone Juga Bisa Pakai Air Laut?
Selain urine, air laut ternyata juga bisa menjadi media untuk mengisi daya smartphone. Karena fleksibel, baterai akan mengusung bentuk yang mirip kertas. Ilmuwan pengembang baterai itu bahkan mengklaim baterai bisa dilipat-lipat, tanpa merusak performanya.
"Ia pasti lebih aman karena berbeda dengan baterai ponsel konvensional sekarang yang ditenagai oleh kandungan kimia beracun. Baterai ini akan memanfaatkan air laut yang mengandung cairan rehidrasi dari teknologi IV (Intravenous Therapy)," tulis keterangan studi, sebagaimana dikutip The Verge.
Sejauh ini, ilmuwan asal Tiongkok tersebut baru saja mengembangkan dua sampel baterai ponsel terbaru ini: yang satu berbentuk ikat pinggang, sedangkan yang satunya lagi mengusung desain nanotube.
Mereka pun menjajal senyawa yang dianggap setara dengan kemampuan air laut, seperti sodium sulfate dan saline (kandungan yang mirip dengan garam).
(Jek/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: