Sukses

Boneka Astronot NASA Ajak Perempuan Jadi Penjelajah Luar Angkasa

Tak banyak astronot wanita saat ini. Maka itu, NASA mengembangkan boneka astronot agar menginspirasi perempuan untuk mengambil profesi ini.

Liputan6.com, Jakarta - NASA punya cara menarik mengajak perempuan muda untuk mengeksplorasi luar angkasa. Badan antariksa Amerika Serikat (AS) ini bekerja sama dengan perusahaan bonek ternama American Girl menggarap boneka astronot.

Boneka bernama Luciana Vega ini diharapkan dapat menginspirasi anak perempuan untuk mau mengenal ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu teknik dan matematika (STEM), serta menjadi generasi penjelajah luar angkasa selanjutnya.

"Luciana adalah role model untuk anak-anak masa kini, memberdayakan mereka untuk keluar stereotipe dan mnghadapi risiko yang akan mengajarkan mereka tentang kegagalan dan kesuksesan yang akan mereka hadapi dalam kehidupannya" ungkap President of American Girl, Katy Dickson.

"Bagi kami, semua ini tentang membangun karakter yang kuat pada anak perempuan. Dan kami akan terus menjalankannya untuk mendorong mereka melakukan perubahan," lanjut Dickson.

Tak cuma sekadar boneka, boneka Luciana akan hadir dalam bentuk buku cerita. Penggarapannya turut dikerjakan oleh sejumlah srikandi di dunia astronomi, mulai dari astronot NASA Megan McArthur hingga eks Chief Scientist di NASA Ellen Stofan.

"Penting rasanya untuk menemukan cara menarik untuk menginspirasi generasi penjelajah luar angkasa selanjutnya," ungkap Mc Arthur yang pernah menjelajah luar angkasa selama 12 hari.

 

2 dari 2 halaman

Teori Bumi Datar

Berkebalikan dengan di atas, rupanya masih banyak saja penganut teori bumi datar. Hal ini bahkan sempat menyita perhatian astronot asal Rusia, Sergey Ryazansky.

Pria yang baru saja kembali dari misi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS, International Space Station) tersebut berpendapat, viralnya teori Bumi datar serta merta tak lepas dari anomali pada sistem pendidikan di barat. Dalam hal ini, ia secara tak langsung menyinggung Amerika Serikat (AS).

Menurut Ryazansky, baik sistem pendidikan yang ada di Barat dengan Eropa--khususnya Rusia--sangat berbeda.

"Orang jelas tidak akan percaya lah sama Bumi datar. Ini awalnya gara-gara sistem pendidikan di barat. Kemungkinan sistem pendidikan di sana tidak mendalami ilmu fisika seperti kami yang ada di sini," ujar Ryazansky dalam sebuah wawancara dengan Sputniknews, Senin (25/12/2017).

Ia pun sampai heran, mengapa teori Bumi datar bisa menyebar luas bak virus ke seluruh dunia, bahkan sampai ke Rusia. "Saya tidak tahu kenapa orang-orang bisa mempercayai omong kosong ini," tandasnya.

Di mata Ryazanski, teori tersebut bisa jadi hanya sebuah 'provokasi' sains yang tidak sempurna. Lagipula ia menekankan, teori tersebut tidak memiliki landasan ilmu ilmiah yang kuat.

(Cas/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: