Sukses

Terlilit Utang, Pendiri Smartphone Ini Tak Mau Pulang ke Tiongkok

Gara-gara terlilit utang, pendiri smartphone LeEco diperintah pulang ke Tiongkok. Namun, dia menolaknya. Apa alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, pendiri sekaligus bos smartphone LeEco, Jia Yueting, diperintahkan pulang ke negaranya sebelum 31 Desember 2017. Jia kini berada di Amerika Serikat lantaran perusahaannya terjerat utang.

Alih-alih mematuhi peraturan Chinese Securities Regulatory Commission, Jia malah menolak perintah dari regulator dan bersikeras tetap berada di Amerika Serikat.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Engadget, Rabu (3/1/2017), Jia mengatakan dirinya sedang fokus pada pengumpulan dana untuk perusahaan mobil listriknya, Faraday Future, yang berafiliasi dengan LeEco.

Dengan demikian, dia tidak bisa melakukan perjalanan untuk kembali ke Tiongkok.

"Saya sangat minta maaf dan saya menyalahkan diri saya sendiri atas dampak negatif utang LeEco," kata Jia dalam pernyataannya di akun Weibo.

Meski menolak pulang, Jia mengatakan telah menyuruh sang adik untuk bertemu dengan regulator pada 29 Desember 2017 untuk mendiskusikan masalah tersebut.

Dalam unggahannya, dia juga menyebut pembiayaan Faraday Future yang ada di Amerika Serikat telah membuat kemajuan besar dan mengharuskannya untuk tetap ada di negara tersebut guna menjamin produksi massal FF 91 EV tepat waktu.

2 dari 3 halaman

Kabur ke AS

Pendiri LeEco, Jia Yueting diminta kembali pulang ke negaranya, Tiongkok, oleh Chinese Securities Regulatory Commission sebelum 31 Desember 2017.

Jia sekarang berada di Amerika Serikat (AS) untuk mengurusi perusahaan mobil listriknya, Faraday Future, yang kini juga dikabarkan mengalami masalah operasional.

Mengutip laman Gizmochina, Rabu (27/12/2017), awal tahun 2017 Jia memutuskan untuk meninggalkan seluruh jabatannya di LeEco.

Namun, saat itu ia meninggalkan LeEco dalam kondisi keuangan yang sangat buruk. Perusahaan yang sempat merilis smartphone di Amerika Serikat ini pun terjerat utang.

Gara-gara hal ini, ia dipanggil oleh regulator dan diminta untuk memenuhi janji yang dibuatnya pada 2015. Saat itu, Jia berjanji memberikan pinjaman tanpa bunga pada anak perusahaan LeEco, Leshi, dari hasil penjualan sahamnya di perusahaan tersebut.

Dalam sebuah suratnya, Jia mengaku dirinya tidak akan bisa memenuhi janjinya untuk memberikan dukungan finansial kepada anak usaha LeEco tersebut.

Kini, regulator Tiongkok dalam pernyataan resminya meminta Jia untuk kembali ke negara asalnya, dan menyelesaikan masalah ini. Regulator juga meminta agar Jia membayar seluruh utang yang kini dinilai telah menyebabkan dampak sosial yang sangat buruk.

Situasi ini tampaknya sangat serius bagi Jia. Pasalnya, kini Jia terjerat utang LeEco, belum lagi Faraday Future yang kini berjuang agar tetap bisa beroperasi.

3 dari 3 halaman

Krisis LeEco

Perusahaan yang sempat merilis smartphone di Amerika Serikat pada awal 2017 lalu ini sebelumnya memang agresif melakukan ekspansi di layanan bisnis. 

Berawal dari penyedia layanan streaming konten, lini bisnis LeEco kini membentang ke perangkat TV, smartphone, perangkat olahraga, hingga kendaraan listrik.

Juli 2017 lalu, diberitakan, vendor asal Negeri Tirai Bambu itu mengalami krisis finansial besar-besaran. Para analis bisnis menilai LeEco akan terus terpuruk dan bisa bangkrut jika tidak melakukan inisiatif untuk merombak model bisnisnya.

Terbaru, aset pribadi milik pendiri LeEco, Jia Yueting, dibekukan oleh pengadilan di Shanghai, Tiongkok. Aset senilai 1,24 miliar yuan (sekitar Rp 2,4 triliun) tersebut adalah uang milik Jia, sang istri, serta tiga orang lain yang masih memiliki kaitan penting dengan perusahaan.

Aset dengan nilai yang tak tanggung-tanggung ini terpaksa diblokir. Sebab, LeEco tak mampu membayar bunga pinjaman di bank untuk pendanaan bisnis smartphone-nya.

Kemelut perusahaan berawal saat LeEco berencana untuk menjual perangkatnya di pasar Amerika Serikat (AS) pada akhir 2016. Sayang, LeEco terlalu gencar menggelontorkan dana dan akhirnya kesulitan. LeEco terpaksa memangkas biaya operasional, mengurangi jumlah karyawan dengan melakukan PHK.

Pada Mei 2017, LeEco juga telah mengurangi sekitar lebih dari 300 karyawan di AS. Jumlah itu mencapai hampir tiga perempat dari pekerja lokal di sana.

Pengurangan ini ditujukan untuk meningkatkan fokus pada pasar inti dan bisnis konten digital setelah pada 2016, Jia mengatakan ekspansi perusahaan ke luar Tiongkok terlalu cepat dan menelan biaya mahal.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut: