Sukses

Bocor, Data Pribadi Warga India Dijual ke Publik

Menurut kabar, informasi dari data ini dijual dengan harga sekitar Rp 100 ribu untuk satu orang.

Liputan6.com, Jakarta - Sistem informasi yang berisi data pribadi masyarakat India dilaporkan berhasil dibobol. Bahkan, informasi dalam sistem bernama Aadhaar itu disebut-sebut telah dijual pada publik.

Dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/1/2018), informasi ini terbilang mengagetkan karena Aadhaar merupakan sistem penyimpanan berbasis biometrik terbesar di dunia. Dalam sistem penyimpanan ini tersimpan lebih dari miliar informasi dari penduduk India.

Laporan dari The Tribune India menyebut bahwa data tersebut lalu diperjualbelikan melalui jalur online, salah satunya WhatsApp dengan harga US$ 8 atau sekitar Rp 107 ribu. 

Data tersebut lalu dimanfaatkan untuk membuat kartu identitas Aadhaar palsu, yang dapat digunakan untuk mengakses layanan pemerintah India, mulai dari makanan gratis hingga beras bersubsidi.

Namun UIDAI, yang mengelola sistem Aadhaar, menuturkan laporan tersebut hanya memuat informasi terbatas. Tak hanya itu, UIDAI juga akan menutut pihak yang telah menyalahgunakan sistem tersebut.

Kendati demikian, mereka memastikan tak ada informasi retina atau sidik jari yang berhasil diakses. Sekadar informasi, Aadhaar berisi informasi pribadi warga negara, mulai dari foto, sidik jari, retina mata, hingga informasi detail lainnya.

"Klaim yang menyebut ada pihak yang berhasil menembus atau menipu sistem Aadhaar sama sekali tak berdasar. Data tersebut sepenuhnya aman dan tak ada aksi pembobolan keamanan dari pihak luar," tutur UIDAI dalam keterangannya.

Kasus ini muncul setelah November lalu, ada lebih dari 200 situs pemerintah India yang merilis informasi dari Aadhaar. Ketika itu, UIDAI menyebut ada kesalahan dari sejumlah kementerian dan informasi itu juga segera dihapus.

2 dari 2 halaman

Butuh Waktu 4 Tahun

Sekadar informasi, Aadhaar sendiri sebenarnya memiliki pola yang mirip dengan KTP elektronik di Indonesia. Jadi, dalam informasi di sistem penyimpanan itu berisi data pribadi termasuk biometrik para warga negara.

Pemerintah India menghabiskan waktu empat tahun untuk mengumpulkan seluruh data warga negaranya. Para pekerja Aadhaar disebut telah berkeliling India untuk mengambil nama, foto, termasuk memindai mata dan retina lebih dari satu miliar warga negara.

Data tersebut, menurut pemerintah India, dapat dimanfaatkan untuk mempercepat perkembangan ekonomi digital di negaranya. Dengan sistem ini, warga negara memperolah akses langsung pada program sosial pemerintah.

Namun program itu tetap menuai kritik karena dengan keunggulan yang begitu banyak, membuat informasi tersebut tak sepenuhnya dapat dimanfaatkan.

Aktivis di negara itu juga menyebut ada kesalahan dalam sistem yang mengakibatkan penduduk mendapatkan jatah makanan berdasarkan sistem otentikasi Aadhaar.

Karena itu, pada Agustus 2017, makhkamah agung India memutuskan bahwa privasi merupakan hak fundamental yang dijamin oleh konstitusi. Dengan demikian, ada batasan mengenai informasi untuk data yang tersimpan di Aadhaar.

(Dam/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â