Liputan6.com, Jakarta - LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) kembali menjadi topik hangat yang diperbincangkan.
Terbaru, Kepolisian Resor Cianjur, Jawa Barat, menangkap lima orang yang diduga melakukan pesta seks sesama jenis di sebuah vila kawasan Cipanas, Puncak pada Minggu (14/1/2018).
Menurut keterangan salah satu pelaku, pesta seks yang dilakukan tersebut awalnya bermula dari perkenalan via Blued, yakni aplikasi kencan gay yang cukup populer di Indonesia. Faktanya, aplikasi tersebut juga digunakan 200 pengguna yang berasal dari wilayah Cianjur.
Advertisement
Baca Juga
Lantas, seperti apakah Blued ini? Apa memang sama seperti Grindr, aplikasi kencan online gay yang juga sangat populer di dunia?
Menurut keterangan yang dilansir Blued.cn, Senin (15/1/2018), aplikasi Blued ternyata memang mirip dengan Grindr. Blued dikembangkan oleh Blue City Holdings di Tiongkok pada 2012.
Aplikasi diciptakan oleh seorang pria bernama Geng Le. Kini, Blued sudah mengantongi jutaan pengguna.
Tercatat, sudah ada lebih dari 27 juta pengguna (dengan usia 18 tahun ke atas) bergabung dengan aplikasi yang identik dengan warna biru ini.
Tersedia di iOS dan Android
Sama halnya dengan Grindr dan aplikasi kencan gay lainnya, Blued juga tersedia di toko aplikasi iOS dan Android, App Store dan Google Play Store.
Sepak terjang Blued sendiri bisa dibilang agresif. Bahkan, perusahaan juga sempat mengantongi kucuran dana US$ 4,6 juta (setara dengan Rp 60,4 miliar) dari investor yang enggan disebutkan namanya.
Blued sendiri mengukuhkan sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan layanan untuk komunitas LGBT. Sesuai dengan visi misi, Blued ingin mengubah kehidupan kalangan LGBT dengan pengetahuan dan teknologi.
Untuk ekspansi, Blue CIty juga bekerjasama dengan platform lain seperti bf99.com, V1069.com, dan Danlan Public Good.
Secara fungsi, pengguna bisa mencari teman baru dan chatting di dalam aplikasi. Pengguna bahkan bisa mem-posting status, foto, check in lokasi hingga melakukan live streaming layaknya sebuah media sosial.
Sayangnya, fungsi dari aplikasi ini disalahgunakan sebagian pengguna sebagai sarana seksual.
Advertisement
Tiongkok dengan Aplikasi Gay
Di Tiongkok, aplikasi kencan gay sepertinya memang sudah menjadi hal biasa. Grindr buktinya, juga mendapat kucuran dana dari pengembang gim terbesar Beijing Kunlun.
Perusahaan bahkan telah membayar US$ 93 juta (sekitar Rp 1,2 triliun) untuk membeli sebagian besar saham dari aplikasi kencan yang dirilis sejak 2009 tersebut.
Meski begitu, Grindr sendiri memiliki aksesibilitas yang begitu terbatas di wilayah Tiongkok. Sebagian besar pengguna mengeluh bahwa aplikasi ini hanya bisa digunakan di beberapa lokasi saja. Pun demikian, Beijing Kunlun memastikan bahwa akses aplikasi tersebut akan dibuat merata ke depannya.
"Kami akan fokus untuk ekspansi di Amerika Serikat dulu. Namun Tiongkok juga akan menjadi prioritas kami juga karena kami melihat aplikasi ini bisa menjadi global platform," tutur Sophie Chen juru bicara dari Beijing Kunlun.
Grindr dan Blued sendiri dinilai kontroversial di sebagian negara karena menghadirkan konten yang dinilai tidak sesuai, yaitu memperbolehkan kencan antar sesama jenis.
Sementara itu, isu tersebut sudah tak lagi 'memanas' di Tiongkok. Meskipun acara TV, internet serta beberapa buku yang berbau konten serupa masih dilarang untuk dipasarkan.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: