Liputan6.com, Jakarta - Popularitas Bitcoin dalam beberapa tahun terakhir membuat mata uang digital ini menjadi incaran banyak orang.
Akibatnya, menurut laporan terbaru dari Bitcoin.com, total Bitcoin yang ditambang sudah mencapai 80 persen dari keseluruhan pasokan.
Dikutip dari Express, Jumat (19/1/2018), saat ini hanya tersisa sekitar 20 persen atau 4,2 juta token yang dapat ditambang. Sementara total token yang tersedia dalam sekali waktu adalah 21 juta.
Advertisement
Baca Juga
Lantas, apa yang terjadi jika seluruh token Bitcoin sudah berhasil ditambang? Menurut CEO CommerceBlock Nicholas Gregory, saat mencapai batasnya maka biaya transaksi dan ongkos mampu menjaga jaringan Bitcoin tetap berjalan.
"Saya tak tahu pasti kapan seluruh Bitcoin dapat ditambang, tapi saat mencapai penutupannya, biaya transaksi tetap memungkinkan penambang melakukan penambangan dan ketika itu ongkos akan menjadi tinggi," tuturnya.
Sekadar informasi, saat diperkenalkan, Satoshi Nakamoto, orang yang disebut-sebut menciptakan Bitcoin sengaja menciptakannya dengan jumlah terbatas. Hal itu dilakukan untuk mencegah inflasi.
Sebenarnya, banyak yang memprediksi bahwa penambang masih membutuhkan waktu setidaknya puluhan tahun untuk menambang seluruh Bitcoin yang ada. Apalagi, bisnis pengembangan Bitcoin saat ini semakin sulit.
Salah satu prediksi jangka panjang menyebut Bitcoin setidaknya memiliki waktu hingga Mei 2140 untuk benar-benar seluruhnya dapat ditambang. Hal itu didasarkan pada perhitungan yang dilakukan saat ini.Â
Masa Depan Penambangan Bitcoin
Seperti diketahui, setiap Bitcoin ditambang dari apa yang disebut sebagai block--kumpulan blockhain--yang melepaskan sejumlah token setelah berhasil dipecahkan. Namun, saat ini algoritma komputer di balik block kian sulit ditembus.
Nilai dari setiap block saat ini adalah 12,5 Bitcoin. Namun, menurut prediksi pada 2020, dari setiap 210.000 block yang didapat, akan ada pengurangan hingga setengahnya.Â
Jadi, pada awalnya, penambang akan mendapat sekitar 50 token, lalu berkurang menjadi 25, kemudian 12,5. Selanjutnya, penambang hanya akan mendapat 6,25 token per block, sehingga proses penambangan dianggap tak lagi menguntungkan.
Untuk itu, tak sedikit yang menyebut proses penambangan akan kian sulit. Terlebih, sudah ada 70 persen Bitcoin ditambang pada tahun lalu, sedangkan antara 2016 dan 2017, hanya ada 7 persen Bitcoin yang berhasil dilepas.
Lalu, dari 2017 hingga 2018 hanya 3 persen yang dapat ditambang. Karenanya, diperkirakan tahun depan, jumlah Bitcoin yang dapat ditambang diprediksi kian menurun.Â
Sejumlah ahli pun memperkirakan jika jumlah Bitcoin terus berkurang, harganya dapat melambung tinggi. Kontributor Bitcoin.com, Jamie Redman, menyebut saat aset terbatas dan sumber daya sulit diperoleh akan memengaruhi permintaan.Â
Advertisement
Tiongkok Bakal Tutup Aktivitas Bitcoin
Kiprah penambang Bitcoin di Tiongkok dikabarkan akan segera berakhir. Alasannya, regulator negara tersebut dilaporkan tengah meminta para pemerintah daerah agar menutup aksi penambangan Bitcoin di wilayahnya.
Berdasarkan bocoran dokumen yang dilaporkan Bloomberg dan Reuters, Tiongkok juga berencana membatasi pasokan listrik ke pelaku penambang Bitcoin. Di Tiongkok, diketahui memang ada perusahaan yang menjalankan aksi penambangan Bitcoin.
Keberadaan mereka dianggap bermasalah, karena konsumsi listrik yang dibutuhkan para pelaku tersebut begitu besar. Padahal, pemerintah sedang berupaya mendistribusikan listrik lebih merata ke sejumlah daerah.
Penambangan itu juga menghasilkan saham spekulatif yang dikenal sebagai virtual currencies sehingga dianggap terlalu berisiko.Â
Dalam dokumen itu juga disebutkan agar pemerintah daerah mengajak penambang Bitcoin untuk keluar dari bisnisnya.
Mereka juga diminta melaporkan informasi terkait fasilitas penambangan Bitcoinyang berada di wilayahnya, termasuk jumlah pelaku yang sudah keluar.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â