Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan para vendor ternama seperti Samsung dan Apple rupanya menarik perhatian pihak lain yang ingin memanfaatkan hal tersebut. Terbukti berdasarkan data platform benchmark, AnTuTu, Samsung dan Apple merupakan merek yang paling banyak ditiru oleh produsen ponsel palsu.
Dilansir Softpedia, Rabu (24/1/2018), data AnTuTu menunjukkan Samsung menjadi merek smartphone dengan produk yang paling banyak ditiru. Sebanyak 36,23 persen smartphone kloning pada 2017 terdiri dari merek Samsung.
Advertisement
Baca Juga
Dari segi model ponsel, versi Eropa dari Galaxy S7 Edge memimpin dengan persentase 4,94 persen. Veri Tiongkok untuk model yang sama berada di posisi kedua dengan 2,94 persen. Kloning Samsung Galaxy S7 yang dijual di Eropa berada di posisi ketiga dengan 2,81 persen.
Manufaktur ponsel kloning juga menjadikan Apple sebagai merek favorit mereka. Apple berada di posisi kedua sebagai merek yang produknya paling sering ditiru dengan 7,72 persen. Posisi lima besar lainnya ditempati oleh Xiaomi, Oppo dan Huawei dengan masing-masing 4,75, 4,46 dan 3,40 persen.
Untuk Apple, hanya satu model yang berada dalam 10 besar ponsel yang paling banyak ditiru yaitu iPhone 7 Plus. Sebanyak 2,67 persen iPhone 7 Plus tiruan berada di database AnTuTu.
Daftar 10 smartphone yang paling banyak ditiru berdasarkan data AnTuTu pada 2017 adalah Samsung Galaxy S7 Edge (versi Eropa), Galaxy S7 Edge (versi Tiongkok), Galaxy S7 (versi Eropa), Samsung W2016, iPhone 7 Plus, Samsung W2017, OnePlus 3T, Xiaomi Mi 5, Galaxy S7 (versi Amerika Serikat) dan Galaxy S8 Plus (versi Tiongkok).
Selain Apple, Samsung Juga Diduga Sengaja Bikin Ponsel Lemot
Samsung merupakan salah satu perusahaan yang menguasai pasar smartphone dunia. Terlepas dari persoalan smartphone kloning, Samsung tengah menghadapi masalah di Italia.
Setelah Apple, Samsung dilaporkan juga telah sengaja menurunkan performa ponsel. Pemerintah Italia sedang melakukan pemeriksaan terhadap Apple dan Samsung terkait masalah tersebut.
Badan Antipakat Italia sedang melakukan pemeriksaan terkait adanya kemungkinan rencana membuat obsolescence (usang) perangkat yang diproduksi oleh Apple dan Samsung. Hal ini karena kedua perusahaan dinilai tidak memberikan informasi kepada konsumen tentang dampak beberapa pembaruan software terhadap performa.
Advertisement
Samsung Tegaskan Tidak Bikin Lemot Ponsel
Sejauh ini belum ada keterangan mengenai tindakan Samsung yang diduga telah sengaja menurunkan perfoma ponsel miliknya. Namun jika terbukti bersalah, Samsung dan Apple akan dikenakan denda jutaan dolar karena melanggar regulasi Italian Consumer Code.
Di sisi lain, Samsung sebelumnya telah menegaskan pihaknya tidak memperlambat kinerja ponsel. Perusahaan asal Negeri Ginseng itu mengklaim menggunakan metode berbeda untuk mengatasi degradasi baterai tanpa mengurangi performa.
"Kualitas produk selalu menjadi prioritas utama Samsung. Kami memastikan memperpanjang daya tahan baterai perangkat mobile Samsung melalui langkah-langkah keamanan dengan banyak lapisan, yang mencakup algoritma software yang mengatur pengisian baterai saat ini dan durasi pengisian baterai. Kami tidak menurunkan perfoma CPU melalui pembaruan software selama siklus hidup ponsel," ungkap pihak Samsung.
(Din/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: