Liputan6.com, California - Kabar pahit menyambangi pendukung Hillary Clinton yang belum bisa move on dari pemilu AS 2016.
Rob Goldman, Wakil Presiden Periklanan Facebook, menyampaikan lewat akun Twitter resminya perihal dugaan intervensi Rusia melalui Facebook.
Advertisement
Baca Juga
Dalam cuitan Goldman pada 16 Februari 2018, ia menjelaskan bahwa tujuan utama iklan-iklan Rusia di Facebook bukanlah untuk mempengaruhi pemilu 2016.
Most of the coverage of Russian meddling involves their attempt to effect the outcome of the 2016 US election. I have seen all of the Russian ads and I can say very definitively that swaying the election was *NOT* the main goal.
— Rob Goldman (@robjective) February 17, 2018
"Kebanyakan pemberitaan tentang campur tangan Rusia melibatkan usaha mereka untuk memberikan efek pada hasil pemilu AS 2016. Saya telah melihat semua iklan-iklan Rusia dan saya bisa bilang dengan jelas bahwa mempengaruhi pemilu BUKANLAH tujuan utamanya," tulis Goldman.
Facebook memang sudah berkomitmen melakukan kerja sama penuh dengan Robert Mueller yang menjabat sebagai penasihat khusus (special counsel) dalam investigasinya pada keterlibatan Rusia pada pemilu.
Goldman menjelaskan tujuan utama Rusia adalah memecah belah pada rakyat AS lewat kebebasan berpendapat dan sosial media.
Media Pro-Hillary Dianggap Kurang Peduli
Rob Goldman turut menyayangkan betapa media tampak kurang berminat meliput hasil investigasi itu.
Ia pun terang-terangan menyampaikan pendapatnya di Twitter.
The majority of the Russian ad spend happened AFTER the election. We shared that fact, but very few outlets have covered it because it doesn’t align with the main media narrative of Tump and the election. https://t.co/2dL8Kh0hof
— Rob Goldman (@robjective) February 17, 2018
"Mayoritas iklan Rusia muncul SETELAH pemilu. Kami sudah berbagi fakta itu, tapi hanya sedikit outlet (media) yang meliputnya karena hal itu tidak selaras dengan narasi utama media utama tentang Trump dan pemilu," lanjutnya.
Selama ini, memang pendukung Hillary Clinton kerap mencari kambing hitam atas kekalahan capres mereka, salah satu pihak yang disalahkan adalah Facebook.
Advertisement
Reaksi Trump
Presiden AS Donald Trump langsung mengomentari cuitan Rob Goldman dengan nada sarkastis.
The Fake News Media never fails. Hard to ignore this fact from the Vice President of Facebook Ads, Rob Goldman! https://t.co/XGC7ynZwYJ
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) February 17, 2018
"Para media berita palsu (fake news media) tidak pernah mengecewakan. Sulit mengabaikan fakta dari Wakil Presiden Periklanan Facebook, Rob Goldman!' tulis Trump di akun twitternya.
Trump juga mengutip cuitan Goldman yang memberikan klarifikasi kalau tujuan utama Rusia bukanlah mempengaruhi pemilu.
Sejak dilantik, Trump memang konsisten mengecam apa yang ia sebuah sebagai "The Russian Hoax" (hoax Rusia).
Sebetulnya Trump juga curiga perihal adanya intervensi politik lewat sosial media, tetapi ia menolak tuduhan Rusia melakukan kolusi dengan tim kampanyenya.
I never said Russia did not meddle in the election, I said “it may be Russia, or China or another country or group, or it may be a 400 pound genius sitting in bed and playing with his computer.” The Russian “hoax” was that the Trump campaign colluded with Russia - it never did!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) February 18, 2018
"Aku tidak pernah bilang Rusia tidak campur tangan di pemilu, aku bilang, 'bisa saja Rusia, atau Tiongkok atau negara lain, atau bisa saja jenius seberat 181 kg yang duduk di kasur dan bermain dengan komputernya."' Hoax Russia adalah bahwa kampanye Trump berkolusi dengan Rusia - tidak pernah!" cuit Trump.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: