Liputan6.com, Jakarta - Masa depan ditaksir tidak lagi mengharuskan manusia menggunakan teknologi berat untuk menunjang kehidupan.
Hal itu ditenggarai oleh inovasi kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) yang bisa membantu kehidupan dan pekerjaan manusia.
Advertisement
Baca Juga
Kehadiran AI di dalam kehidupan manusia sehari-hari memang terdengar seperti di film-film, nyatanya masa depan umat manusia memang akan semakin mendekati film fiksi ilmiah. Demikian prediksi PHD media yang percaya masa depan umat manusia dan teknologi akan terhubung erat.
PHD mengedepankan ide yang dirlis dalam buku berjudul 'Merge', yang berati penggabungan. Di dalam rilisnya, Kamis (22/2/2018), PHD membeberkan beberapa teknologi yang dapat menghubungkan manusia dengan mesin.
Dalam konferensi yang akan diadakan pada hari ini, PHD akan membahas beberapa teknologi yang dapat "bergabung" dengan manusia.
Beberapa di antaranya adalah "penyewaan" jaringan otak untuk kapasitas ingatan manusia, microchip tidak terlihat dan nano-bots yang akan mampu memonitor kesehatan dan memprediksi ancaman penyakit, rumah dan kota cerdas, mobil yang berkendara sendiri, dan banyak lagi.
PHD pun optimistis, sejumlah teknologi yang disebutkan di atas dapat terjadi hanya dalam 30 tahun ke depan.
Menarik Inspirasi dari Para Inovator Kenamaan
Ide PHD mendapat inspirasi dan hasil diskusi dari Ray Kurzwell, seorang ilmuwan komputer, penemu, penulis, dan futuris.
Ada juga nama petinggi Facebook, Sheryl Sandberg yang menjabat Chief Operating Officer (COO).
Bukan hanya petinggi Facebook, mantan petinggi Microsot, Dave Coplin, juga turut serta dalam membangun visi antara penggabungan teknologi dan manusia.
Diketahui, Dave Coplin menjabat sebagai Chief Envisioning Officer (CEO) untuk Microsoft di Britania Raya. Coplin juga mendirikan perusahaan The Envisioners yang memiliki spesialisasi pada isu masa depan.
Advertisement
Tiongkok Juga Berambisi di Bidang AI
Ternyata perkembangan teknologi masa depan seperti AI tidak hanya dikejar oleh negara-negara Barat, Tiongkok pun gencar mengembangkannya.
Tiongkok merilis rencana pengembangan kecerdasan buatan (AI) pada taraf nasional. Di dalam rencana itu, tertuang ambisi Tiongkok untuk membangun teknologi terkemuka di dunia di tengah gesekan internasional yang meningkat sehubungan dengan penerapan kecerdasan buatan di sektor militer.
Dikabarkan, nilai industri kecerdasan buatan di Tiongkok diprediksi akan melampaui 150 miliar yuan pada tahun 2020 dan 400 miliar yuan pada tahun 2025. Demikian diungkapkan Dewan Negara dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Pada 2018 ini, sebuah pusat penelitian kecerdasan buatan internasional tersebut telah diluncurkan di kota Beijing.
Pusat ini dipimpin oleh Kai-Fu Lee yang merupakan CEO Sinovastion Ventures. Kai-Fu Lee adalah seorang pemodal ventura di bidang teknologi dan juga ilmuwan komputer.
Otoritas kota Beijing akan membentuk tiga pusat inovasi yang berfokus pada penelitian dasar kecerdasan buatan, inovasi kemasyarakatan pintar, dan inovasi paten kercerdasan buatan.
Tiga perusahaan teknologi ternama asal Tiongkok seperti Face++, SenseTime, dan Ksyun juga akan ikut berkolaborasi untuk mendirikan komputasi kecerdasan buatan dan platform aplikasi data.
Kai-Fu Lee menekankan, pusat kecerdasan buatan tersebut dibangun untuk terus menjalin kerja sama antara industri dan para akademia dalam mengembangkan kecerdasan buatan.
Sebagai langkah nyata, Tiongkok juga terus menggeber industri teknologi dengan kecerdasan buatan. Tercatat, hingga September 2017, sudah ada hampir 400 perusahaan kecerdasan buatan yang bermarkas di Beijing.
(Tom/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: