Sukses

Hoax Cepat Menyebar dan Manusia Jadi Dalangnya

Para peneliti Media Lab dari Massachuets Institute of Technology (MIT) memeriksa sekira 126 ribu cerita yang dibagikan tiga jutaan orang di Twitter sejak 2006-2017.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti Media Lab dari Massachuets Institute of Technology memeriksa sekira 126 ribu cerita yang dibagikan tiga jutaan orang di Twitter sejak 2006-2017. Hasilnya, 70 persen berita palsu (hoax) lebih mungkin untuk di-retweet dibandingkan berita yang benar.

Dilansir Reuters, Minggu (11/3/2018), berdasarkan hasil studi itu penyebaran hoax lebih cepat dan luas di Twiter dibandingkan berita yang benar. Ketidakseimbangan ini justru lebih banyak disebabkan oleh manusia, bukan akun-akun bot.

Semua cerita yang diteliti dalam studi tersebut ditinjau oleh enam organisasi pengecekan fakta independen, termasuk Snopes dan Politifact, untuk menilai kebenarannya. Mengutip hasil riset, hoax menyebar lebih cepat dan luas dibandingkan berita benar di semua kategori informasi.

Berita politik palsu lebih banyak muncul dibandingkan tentang terorisme, bencana alam, sains, legenda urban atau informasi keuangan. Para peneliti menekankan, terjadi peningkatan penyebaran berita politik palsu selama Pilpres AS 2012 dan 2016.

Pimpinan penelitian, Soroush Vosoughi, mengatakan orang-orang lebih cenderung membagikan hoax karena beritanya dinilai lebih mengejutkan. Hal ini sama seperti menggunakan headline "click bait" yang sensasional untuk menarik lebih banyak perhatian.

"Alasan hoax lebih mengejutkan adalah beritanya bertentangan dengan ekspektasi orang-orang," kata Vosoughi.

Twitter memang menjadi fokus dalam penelitian ini, tapi para peneliti berpendapat penemuan mereka kemungkinan besar juga berlaku pada platform media sosial yang lain termasuk Facebook.

 

2 dari 3 halaman

Twitter Menolak Berkomentar

Juru bicara Twitter menolak mengomentari hasil studi ini. Namun, CEO Twitter, Jack Dorsey, pada pekan lalu mengungkapkan komitmen perusahaan untuk membuat lingkungan yang sehat di layanannya.

"Kami berkomitmen untuk membantu meningkatkan percakapan publik yang sehat, terbuka dan sopan," tulisnya Dorsey pada awal bulan ini.

Twitter sendiri merupakan penyokong dana untuk penelitian ini. Situs microblogging itu juga menyediakan akses ke sejumlah data untuk mendukung studi tersebut.

Twitter dan perusahaan media sosial lain seperti Facebook belakangan mendapatkan sorotan dari anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dan regulator internasional, karena dinilai tidak berusaha keras mencegah penyebaran hoax.

Pemerintah AS, misalnya, menuduh Rusia menggunakan media sosial untuk menabur perselisihan dan menginterfensi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016 negara tersebut. 

3 dari 3 halaman

Twitter Rilis Emoji Khusus Hari Perempuan Internasional 2018

Terlepas dari berita hoax, Twitter merupakan salah satu media populer di dunia, termasuk di Indonesia. Layanan ini juga kerap merayakan berbagai hari spesial, termasuk Hari Perempuan Internasional.

Twitter turut merayakan Hari Perempuan Internasional pada hari ini, Kamis (8/3/2018). Sama seperti hari spesial lainnya, Twitter merilis emoji khusus untuk Hari Perempuan Internasional.

Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional 2018, Twitter meluncurkan emoji khusus dalam bentuk simbol gender perempuan. Emoji ini merupakan bentuk penghormatan untuk para perempuan di dunia.

Emoji ini dapat digunakan sepanjang Maret 2018, serta akan muncul secara otomatis setiap kali pengguna menggunakan tagar khusus di dalam twit. Ada tujuh tagar khusus yang ketika diketik, maka akan emoji khusus tersebut akan muncul secara otomatis.

1. Tagar dalam Bahasa Indonesia: #HariPerempuanSedunia dan #HariPerempuanInternasional

2. Tagar dalam Bahasa Inggris: #IWD2018, #InternationalWomensDay, #WomensDay, #SheInspiresMe dan #PositionOfStrength

(Din/Isk)

Saksikan Video Ppilihan Berikut Ini: