Sukses

Terkecil di Dunia, Komputer Mini IBM Cuma Seukuran Garam

Komputer super kecil yang diciptakan IBM dapat menjadi sensor untuk membantu keperluan logistik, seperti mengecek keaslian suatu barang yang beredar.

Liputan6.com, Jakarta - International Business Machines Corporation (IBM) menciptakan sebuah komputer yang ukurannya diklaim terkecil di dunia. Saking kecilnya, komputer itu bahkan seukuran butir garam.

Dilansir dari Fortune, Selasa (19/3/2018), komputer super mini tersebut diproduksi dengan harga yang murah. Kegunaannya adalah untuk kepentingan logistik.

Berkat ukurannya, komputer dapat disematkan pada berbagai perangkat untuk memverifikasi asal beserta kontennya.

Ide ini serupa dengan teknologi blockchain yang dapat mencatat seperti halnya ledger (buku besar untuk perhitungan kas), sehingga dapat mudah diketahui dari mana sebuah barang berasal.

Dengan hadirnya inovasi ini di sistem rantai suplai barang, diharapkan penipuan barang-barang dapat diminimalisir.

Diketahui komputer akan memiliki sejuta transistor yang memiliki sejumlah kecil RAM, LED, dan detektor foto agar membuatnya dapat 'berkomunikasi'. Ia pun dilengkapi solar panel untuk menampung daya.

Komputer super mini itu juga diharapkan menjadi solusi untuk keamanan makananan, keaslian komponen barang, dan mencegah konsumen terjebak barang-barang palsu.

IBM sendiri akan mengungkap informasi lebih jauh tentang komputer tersebut dalam acara Think 2018 yang akan mereka adakan di Las Vegas.

2 dari 3 halaman

Kegiatan IBM di Indonesia

IBM memang dikenal dengan berbagai inovasinya di dunia teknologi, dan ternyata IBM juga sudah aktif untuk memberikan kontribusi di bidang pendidikan Indonesia.

Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), belum lama ini bekerjasama dengan IBM untukmembuka kelas Big Data dan komputasi kognitif yang telah dimulai sejak 14 Februari 2018.

Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan-tantangan di tengah pertumbuhan teknologi yang diyakini akan semakin besar.

Ketua Departemen Akutansi FEB UI, Ancella A. Hermawan, mengatakan mata kuliah tambahan ini berawal dari keinginan Departemen Akutansi FEB UI untuk meningkatkan kompetensi lulusan beradaptasi dalam dunia ekonomi digital berubah proses bisnisnya.

Oleh karena itu, FEB UI memutuskan membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan memampuan analisis data.

“Akutansi itu dekat sekali hubungannya dengan data keuangan dan pengambilan keputusan dari data-data tersebut. Selama menjadi mahasiswa, akutansi fokusnya pada informasi keuangan, penyiapan laporan dan cara menggunakannya, karena itu kami ingin meningkatkam kompetensi mereka untuk analisis data yang didukung dengan teknologi,” ungkap Ancella saat ditemui di Universitas Indonesia, Rabu (7/3/2018).

Ia pun berharap mata kuliah big data dan komputasi kognitif dapat memberikan pengenalan kepada mahasiswa tentang berbagai tool terkait dengan kedua hal tersebut.

“Kemudian dengan pengetahuan dan pengenalan tersebut, kami juga berharap lulusan FEB UI terinspurasi untuk memiliki hybrid skills, sehingga dapat meningkatkan kreatifitas mereka di bernagai profesi di bidang ekonomi dan bisnis,” jelasnya.

3 dari 3 halaman

IBM: Big Data dan AI Jadi Fokus Perusahaan Tahun Ini

Pada tahun ini, IBM juga akan fokus ke Big Data dan artificial intelligence (kecerdasan buatan, AI). 

Perusahaan asal Negeri Paman Sam itu optimistis bisnisnya akan kian tumbuh pada tahun ini dengan fokus ke berbagai inovasi penting.

“Kami akan fokus ke area big data, kognitif, Artificial Intelligent (AI) dan analisis. Kami selalu fokus terhadap atau pada saat memberikan satu solusi kepada para konsumen,” kata Country Manager Global Business Partner IBM Indonesia, Novan Adian, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/3/2018).

Novan meyakini keseriusan IBM menggarap pasar Indonesia tidak akan berakhir kecewa. Menurutnya, konsumen IBM selama ini mendapatkan keuntungan dari solusi-solusi yang ditawarkan.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: