Sukses

Gara-Gara Kebocoran Data Facebook, Zuckerberg Kehilangan Harta Rp 123 Triliun

Nilai kekayaan bos Facebook Mark Zuckerberg turun hingga angka Rp 123 triliun gara-gara kebocoran data Facebook.

Liputan6.com, Jakarta - Minggu ini tampaknya jadi minggu yang buruk untuk Mark Zuckerberg. Bagaimana tidak, setelah Facebook didera kebocoran data pribadi 50 juta pengguna, nilai kekayaan bos Facebook, WhatsApp dan Instagram ini turun sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 68,7 triliun pada hari Senin.

Mengutip Time, Rabu (21/3/2018), nilai kekayaannya kembali turun setidaknya US$ 4 miliar atau sekitar Rp 55 triliun pada hari Selasa atau hanya berselang sehari setelah terungkapnya kebocoran data Facebook.

Seperti kebanyakan orang kaya di dunia lainnya, nilai kekayaan Zuckerberg ditentukan oleh naik atau turunnya harga saham perusahaannya. Tentunya, bagi Zuck, kekayaannya ditentukan oleh performa saham Facebook di bursa saham.

Sebelumnya, nilai saham perusahaan juga turun setidaknya 8 persen setelah politikus Inggris dan Amerika Serikat mengkritik Facebook dan Zuckerberg terkait dugaan pelanggaran data yang membagikan jutaan data pribadi pengguna.

Data tersebut diduga dipakai untuk kepentingan politik selama masa pemilihan presiden AS pada 2016.

Tidak cukup di situ, nilai saham Facebook terus mengalami penurunan hingga 7 persen saat penutupan pasar saham Senin sore. Kemudian, pada Selasa pagi, nilai saham Facebook kembali turun hingga 5,5 persen.

Berdasarkan daftar miliarder di dunia versi Majalah Forbes, kekayaan Zuckerberg tercatat sebesar US$ 66 miliar atau setara Rp 908 triliun di hari Selasa. Sementara pada Jumat sebelumnya, nilai kekayaan suami Priscilla Chan itu tercatat US$ 75 miliar atau setara Rp 1.031 triliun.

Artinya, nilai kekayaan Mark Zuckerberg turun hingga US$ 9 miliar atau setara Rp 123 triliun hanya dalam waktu beberapa hari.

2 dari 3 halaman

Bungkam

Pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg, masih bungkam setelah terungkapnya kebocoran data pribadi 50 juta penggunanya.

Setelah perusahaannya dipanggil untuk investigasi, nilai sahamnya anjlok. Meski sudah ada aksi kampanye di media sosial untuk #DeleteFacebook, Mark Zuckerberg tetap bungkam.

Mengutip laman The Guardian, Rabu (21/3/2018), saham Facebook anjlok 6,77 persen setelah kabar tersebut beredar. Nilai valuasi perusahaan pun turun higga US$ 36 miliar (setara dengan Rp 495 triliun) seiring dengan kekhawatiran investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.

Tak hanya itu, nilai kekayaan Mark Zuckerberg juga turun sebesar US$ 6,06 miliar atau setara Rp 83,3 triliun.

Raksasa media sosial asal Negeri Paman Sam itu mengumumkan mereka akan menggunakan jasa perusahaan digital forensik untuk melakukan audit terhadap Chambridge Analytica untuk menentukan apakah perusahaan tersebut masih memiliki salinan data yang bersangkutan atau tidak.

Menurut Facebook, Information Commissioner Office Inggris justru meminta orang-orang dari perusahaan digital forensik bernama Stroz Friedberg itu untuk pergi dari kantor Chambridge Analytica di Inggris sehingga pihak berwenang bisa melakukan penyelidikan sendiri.

3 dari 3 halaman

Dipanggil Parlemen

Kasus kebocoran data pengguna Facebook yang melibatkan Cambridge Analytica berbuntut panjang. Menyusul temuan itu, Presiden Parlemen Eropa, Antonio Tajani, meminta CEO Facebook, Mark Zuckerberg, segera memberikan penjelasan terkait masalah tersebut.

"Facebook perlu melakukan klarifikasi pada 500 juta perwalilan di Eropa bahwa data pribadi mereka tak digunakan untuk memanipulasi demokrasi," tuturnya seperti dikutip dari Tech Crunch, Rabu (21/3/2018)

Permintaan klarifikasi ini dilakukan menyusul permintaan serupa dari pemerintah Inggris dan Amerika Serikat. Sebelumnya, salah seorang anggota parlemen Inggris, Damian Collins, juga meminta Zuck menjelaskan secara langsung apa yang sebenarnya terjadi.

Selain itu, ada pula senator Amerika Serikat, Mark Warner, yang merupakan wakil ketua Komite Intelijen meminta Zuckerberg dan petinggi Facebook lainnya untuk memberikan testimoni mengenai peran Facebook yang dianggap melakukan 'manipulasi sosial' pada pemilihan umum Amerikat 2016.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: