Sukses

50 Juta Data Pengguna Facebook Diobral ke Seluruh Dunia?

Mantan konsultan Donald Trump, Steve Bannon, mengungkap selain digunakan untuk kepentingan politik, data pengguna Facebook ternyata juga dijual ke seluruh dunia.

Liputan6.com, Washington DC - Masih hangat soal kasus kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook. Kini beredar kabar yang mengungkap kalau data tersebut dijual ke seluruh dunia.

Informasi ini diungkap oleh Steve Bannon, mantan konsultan Donald Trump dalam periode kampanye pemilihan presiden (pilpres).

Sebanyak 50 juta data pengguna Facebook yang dimaksud, kata Bannon, selain diberikan untuk kampanye iklan dan kepentingan politik Amerika Serikat (AS), juga diobral ke banyak negara.

Namun, ia tidak mengingat berapa banyak soal "penambangan" data yang dilakukan. Bannon bahkan juga menolak ikut terlibat dalam skandal penyalahgunaan data tersebut.

Pria itu justru menyalahkan trik kotor yang dilakukan induk usaha Cambridge Analytica, SCL, yang ia sebut ada beberapa pihak yang terlibat dalam penjualan data ini.

"Yang pasti, data Facebook dijual di seluruh dunia," ujar Bannon sebagaimana dikutip The Guardian, Jumat (23/3/2018).

"Saya tidak tahu-menahu soal ini, soal data atau penyalahgunaan," ucapnya.

Bannon cuma menjelaskan kalau dirinya serta Cambridge Analytica hanya digunakan untuk membantu kampanye Trump. Ia juga mengaku tak ingat soal data yang digunakan untuk propaganda pemilu untuk Trump.

2 dari 3 halaman

Wylie Angkat Bicara

Sang whistleblower Christopher Wylie juga membenarkan terkait puluhan juta data yang dijual itu.

"Kami benar-benar mengeksploitasi Facebook, karena mereka meraup puluhan juta data pribadi penggunanya dan menjual (data) setiap hari. Ini seperti pasar. Kenyataan yang sangat pahit, seperti itulah bisnis kotor Facebook," ungkap Wylie.

"Data-data ini diambil Facebook secara gratis dan mereka memonetisasinya dengan margin besar. Ini jelas sangat disayangkan," lanjutnya.

Akan tetapi, Wylie tak mengungkap apakah informasi yang ia sampaikan akurat. Ia cuma menekankan, kalau raksasa media sosial milik Mark Zuckerberg tersebut menjual data yang diambil ke seluruh dunia.

"Saya tidak ingat (ke negara mana saja), karena Cambridge Analytica yang melakukannya," ucap Wylie.

Untuk diketahui, Cambridge Analytica sendiri membantah apa yang diungkap Wylie. Perusahaan bahkan mengklaim telah menghapus data tersebut.

3 dari 3 halaman

Mark Zuckerberg Siap Dipanggil Kongres AS

Setelah menghilang dalam beberapa hari akibat skandal kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook, akhirnya sang CEO Mark Zuckerberg angkat suara lewat pernyataan resmi di Facebook dan wawancara di berbagai media.

Kali ini, pendiri Facebook itu tidak hanya meminta maaf, tetapi juga mengaku siap bila dipanggil oleh Kongres (Majelis Permusyawarahan Rakyat di Amerika Serikat) bila memang diperlukan untuk memberi keterangan.

"Saya terbuka pada hal itu," ucap Zuckerberg, seperti yang dilansir oleh Recode, Kamis (22/3/2018).

"Kami sebetulnya cukup sering melakukannya. Ada banyak topik berbeda yang Kongres butuh dan ingin ketahui," tambahnya. Ia juga memastikan pihak Kongres mendapatkan akses informasi yang mereka perlukan.

Zuckerberg turut meminta maaf bila mengecewakan para pengguna Facebook setelah Cambridge Analytica menyalahgunakan 50 juta data yang mereka ambil dari pengguna.

"Kami membuat masyarakat kecewa, dan aku merasa sangat menyesal, dan aku minta maaf tentang hal itu," ucapnya.

Untuk masalah ini, Zuckerberg menyebutnya sebagai "pelanggaran kepercayaan" ketimbang pencurian data.

Cambridge Analytica memang tidak "menerobos" sistem atau kata sandi, tetapi memancing pengguna untuk mengambil kuis buatan mereka dengan cara login memakai akun Facebook.

Melalui cara itu, data-data milik 50 juta pengguna Facebook dapat diintip dan disimpan untuk kepentingan mereka.

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: