Liputan6.com, Jakarta - Awal bulan ini, Spotify dilaporkan sudah mulai menindak para pengguna yang nakal karena menggunakan aplikasi bajakan. Jadi, akun para pengguna aplikasi tersebut akan dimatikan dan tak lagi dapat dipakai.
Menurut laporan saat itu, jumlah pengguna semacam itu diketahui tak terlalu banyak. Namun, temuan terbaru menyebut jumlah pengguna yang memanfaatkan aplikasi Spotify tanpa membayar ternyata lebih besar.
Baca Juga
Dikutip dari The Verge, Selasa (26/3/2018), dalam pengajuan untuk kebutuhan melantai di bursa saham, diketahui ada 2 juta pengguna Spotify yang curang. Jadi, mereka menikmati layanan Spotify gratis tanpa iklan.
Advertisement
Sekadar informasi, pada akhir 2017, perusahaan melaporkan telah memiliki 157 juta pengguna aktif dan 86 juta di antaranya pengguna gratis. Dengan temuan ini, berarti pengguna nakal terbilang cukup besar.
Hal ini menjadi penting karena memengaruhi model bisnis yang diusung oleh Spotify, terutama dalam upayanya untuk mulai go public. Sebab, para pengguna bajakan ini akan menjadi beban bagi perusahaan dan memiliki pengaruh pada pemasukan.
Seperti diketahui, perusahaan asal Swedia itu mengandalkan iklan dan biaya berlangganan untuk pelanggan premium sebagai sumber pemasukan. Sementara para pengguna aplikasi bajakan ini dapat memanfaatkan layanan tanpa iklan secara gratis.
Selain itu, berbeda dari pengguna gratis biasa yang kemungkinan besar dapat beralih ke pelanggan premium, pengguna curang ini hampir dapat dipastikan tak ingin merogoh kocek untuk mendapatkan layanan premium dari Spotify.
Spotify Siap Melantai di Bursa Saham
Sekadar informasi, Spotify dilaporkan akan segera melantai di bursa saham New York Stock Exchange. Perusahaan asal Swedia tersebut telah mengajukan direct listing sahamnya pada Rabu (28/2/2018).
Spotify yang akan diperdagangkan sebagai SPOT di New York Stock Exchange, mengambil langkah yang tidak biasa di pasar publik Amerika Serikat (AS).
Ketimbang melakukan penawaran saham perdana (IPO, Initial Public Offering) konvensional, perusahaan menggunakan direct listing yang membuat para investor dan karyawan bisa menjual sahamnya tanpa merekrut broker atau underwriter untuk mengurus proses penawaran.
Dilansir Reuters, karena Spotify tidak akan mengeluarkan saham baru, maka perusahaan tidak merinci harga listing.
Spotify menyatakan valuasinya saat ini antara US$ 16,8 miliar dan US$ 22,5 miliar. Perhitungan ini berdasarkan perkiraan harga saham antara US$ 9 dan US$ 127,50 di pasar privat pada Februari dan 178 saham beredar pada akhir bulan yang sama.
Dalam dokumen pengajuannya, Spotify mencantumkan data finansial yang memperlihatkan pertumbuhan pendapatan dan biaya operasional yang relatif stabil. Ini merupakan kali pertama Spotify mengungkapkan data finansialnya ke publik.
Spotify pertama kali dirilis pada 2008 dan telah tersedia di lebih dari 60 negara. Selain itu, Spotify juga merupakan perusahaan streaming musik terbesar di dunia, serta merupakan rival utama Apple, Amazon dan Google, yang juga memiliki layanan serupa.
"Kami yakin dengan universalitas musik, memberikan kami peluang untuk menjangkau lebih dari 3,6 miliar pengguna internet di dunia," tulis Spotify dalam laporannya.
Advertisement
Pendapatan dan Kerugian Naik
Pendapatan Spotify naik 39 persen menjadi 4,09 miliar euro pada 2017, dari 2,95 miliar euro satu tahun sebelumnya. Kerugian operasional melebar menjadi 378 juta euro pada 2017, dari 349 juta euro.
"Pendapatan terus tumbuh, tapi pengeluaran mereka tumbuh lebih lambat daripada pendapatan. Hal wajar yang terjadi pada bisnis semacam ini," ungkap pakar IPO dan profesor di University of Florida, Jay Ritter.
Spotify saat ini memiliki 71 juta pelanggan premium di dunia, dua kali lebih banyak daripada Apple dengan 36 juta. Total termasuk untuk layanan gratis, Spotify memiliki rata-rata 159 juta pengguna bulanan.
Tarif berlangganan Spotify premium sebesar US$ 9,99 per bulan. Spotify melihat ada potensi besar dalam layanan iklannya (gratis) yang tidak dimiliki Apple.
"Dengan layanan berbasis iklan, kami yakin ada peluang besar untuk menumbuhkan pengguna dan mendapatkan pangsa pasar dari radio tradisional," demikian Spotify menjelaskan dalam laporannya.
Spotify saat ini merajai pasar streaming musik, tapi rival utamanya, yaitu Apple, Google, dan Amazon juga memiliki peluang besar untuk terus tumbuh. Ketiga rival Spotify tersebut merupakan raksasa teknologi yang terus mengembangkan inovasi baru.
Spotify sendiri memiliki sekutu yang kuat dengan menjalin kerja sama dengan Tencent Holding. Kedua perusahaan pada Desember 2017 mengumumkan akan saling membeli saham minoritas untuk membantu menumbuhkan bisnis mereka di pasar inti masing-masing.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â