Liputan6.com, Jakarta - Kamu doyan selfie? Jangan senang dulu. Menurut penelitian yang belum lama ini dilakukan, berfoto selfie dengan smartphone ternyata berpotensi membuat penggunanya 'amnesia'.
Adapun amnesia yang dimaksud bukan berarti lupa ingatan seumur hidup. Penelitian mengungkap, terlalu sering mengambil foto selfie akan membuat si pengguna lupa dengan lokasi saat mereka mengambil selfie.
Sebab, pengguna terlalu sibuk memikirkan angle terbaik saat berfoto selfie dan tidak mengingat tempat mana yang mereka sambangi.
Advertisement
Baca Juga
Dalam studi yang dilakukan peneliti Universitas Dartmouth Amerika Serikat (AS), mereka meminta ratusan peserta ke tur sebuah gereja untuk menulis apa yang mereka lihat, seperti bentuk objek, bangunan, serta ornamen.
Mereka memecah peserta menjadi dua grup, yang satu diberikan kamera, sedangkan yang satunya tidak. Khusus untuk yang memegang kamera, mereka dibebaskan untuk mengambil foto selfie.
Tepat satu minggu kemudian, peserta diuji dengan 10 pertanyaan tentang apa yang mereka lihat di sepanjang tur. Peserta yang menggunakan kamera cuma mampu menjawab enam, sedangkan sisanya bisa menjawab sembilan.
"Peserta tanpa kamera secara konsisten bisa menghafal objek yang mereka lihat ketimbang peserta yang memakai kamera. Penelitian ini mengungkap kalau menggunakan kamera membuat orang lebih sulit mengingat detail yang mereka lewati," tulis Emma Templeton, pimpinan peneliti sebagaimana dilansir Daily Mail, Senin (2/4/2018).
Selfitis
Terlepas dari ancaman 'amnesia' singkat, orang yang ketagihan berfoto selfie memiliki sebuah kelainan mental bernama "Selfitis".
Ya, tanda-tanda kelainan psikologis yang dimaksud ini dijelaskan oleh para peneliti dari Nottingham Trent University, Inggris dan Thiagarajar School of Management, India.
"Ya ini jenis penyakit baru. Penyakit mental. Selfitis adalah kondisi kelainan mental di mana seorang manusia mengalami ketergantungan berfoto selfie dan selalu mengunggahnya ke media sosial. Tak cuma setiap hari, tapi foto selfie yang diunggah bisa setiap jam," ujar tim peneliti sebagaimana dilansir The Sun, Rabu (20/12/2017).
Adapun peneliti menemukan enam faktor utama yang memicu Selfitis. Pertama, penderita Selfitis kerap berfoto selfie untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Kedua ingin mencari perhatian di internet, ketiga ingin memperbaiki mood-nya. "Kebanyakan merasa puas setelah melihat hasil foto selfie mereka, mood mereka biasanya membaik," lanjut tim peneliti.
Keempat, penderita ingin mencetak 'kenangan' dari foto selfie yang diambil. Hal tersebut dilakukan supaya mereka ingat foto mereka waktu muda di saat mereka sudah beranjak tua nanti.
"Kelima, mereka ingin menyampaikan 'komunikasi' dengan cara ber-selfie, dan ingin menjadi kompetitif di circle sosial mereka," tambah peneliti.
Advertisement
Tanda-Tanda Psikopat?
Mark Griffiths, profesor Nottingham Trent University, mengungkap bahwa Selfitis bahkan diakui oleh American Psychiatric Association sebagai jenis gangguan mental.
"Kabar ini sempat diungkap sebagai hoax, cuma harus diakui bahwa Selfitis itu benar-benar ada," kata profesor Griffiths.
Sebelumnya, studi dari Ohio State University, Amerika Serikat, juga mengungkap kecanduan foto selfie merupakan tanda-tanda psikopat.
Para peneliti menyebutkan bahwa penggila foto selfie justru cenderung anti-sosial dan kurang memiliki rasa empati.
Menariknya lagi, hasil tersebut juga menyatakan kecenderungan melakukan posting foto selfie terbukti banyak dilakukan pria yang aktif di media sosial.
Tingkat anti-sosial dan kurang empati yang ada di para pecandu selfie itu masuk dalam kategori psikopat. Meski begitu, psikopat yang dimaksud para peneliti bukanlah psikopat yang mengarah pada pembunuhan atau tindakan sadis seperti yang biasa ditampilkan dalam tayangan film.
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: