Liputan6.com, Lembang: Pemanfaatan kotoran sapi untuk biogas di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan menjadikannya sebagai polusi pencemar Sungai Cikapundung. Demikian diungkapkan pengawas Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Jajang Sumarna di Lembang, Jawa Barat, Ahad (3/7).
"Kotoran sapi yang dijadikan biogas jumlahnya mencapai 500 unit reaktor biogas. Sebanyak 200 reaktor sudah dibangun dengan berbahan beton, sisanya memakai plastik dan fiber," kata Jajang.
Menurut Jajang, 500 unit reaktor unit biogas itu meski tidak sebanding dengan yang langsung dibuang, namun jumlahnya perlahan terus mengalami peningkatan. Untuk mendirikan satu unit reaktor biogas diperlukan 50 kilogram sampai 100 kilogram kotoran sapi setiap hari. Kotoran sapi sisa biogas bermanfaat sebagai pupuk kompos, karena proses biogas sama dengan fermentasi kotoran sapi menjadi pupuk organik.
"Tidak mudah untuk mengajak semua peternak mau memaksimalkan kebedaraan kotoran sapi. Untuk masalah ini, saya kira pemerintah harus turun tangan langsung untuk memberikan bimbingan dan motivasi langsung kepada peternak," kata Jajang.
Dikatakan Jajang, secara keseluruhan jumlah kotoran sapi yang dihasilkan oleh seluruh peternak sapi yang ada di Kecamatan Lembang mencapai 330 ton. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 10 persen saja, kotoran sapi yang dimanfaatkan sebagai biogas, 60 persen digunakan untuk tanaman rumput, dan 20 persen dijadikan pupuk organik. Sisanya dibuang ke kali.
Tiap satu ekor sapi rata-rata setiap harinya mengeluarkan kotoran 15-20 kilogram. Saat ini, populasi sapi perah milik peternak yang tergabung sebagai anggota KPSBU sekitar 22.000 ekor. KPSBU sudah sering melakukan sosialisasi kepada para peternak supaya tidak membuang kotoran sapi sembarangan. Sebaliknya memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomis.(Ant/SHA)
"Kotoran sapi yang dijadikan biogas jumlahnya mencapai 500 unit reaktor biogas. Sebanyak 200 reaktor sudah dibangun dengan berbahan beton, sisanya memakai plastik dan fiber," kata Jajang.
Menurut Jajang, 500 unit reaktor unit biogas itu meski tidak sebanding dengan yang langsung dibuang, namun jumlahnya perlahan terus mengalami peningkatan. Untuk mendirikan satu unit reaktor biogas diperlukan 50 kilogram sampai 100 kilogram kotoran sapi setiap hari. Kotoran sapi sisa biogas bermanfaat sebagai pupuk kompos, karena proses biogas sama dengan fermentasi kotoran sapi menjadi pupuk organik.
"Tidak mudah untuk mengajak semua peternak mau memaksimalkan kebedaraan kotoran sapi. Untuk masalah ini, saya kira pemerintah harus turun tangan langsung untuk memberikan bimbingan dan motivasi langsung kepada peternak," kata Jajang.
Dikatakan Jajang, secara keseluruhan jumlah kotoran sapi yang dihasilkan oleh seluruh peternak sapi yang ada di Kecamatan Lembang mencapai 330 ton. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 10 persen saja, kotoran sapi yang dimanfaatkan sebagai biogas, 60 persen digunakan untuk tanaman rumput, dan 20 persen dijadikan pupuk organik. Sisanya dibuang ke kali.
Tiap satu ekor sapi rata-rata setiap harinya mengeluarkan kotoran 15-20 kilogram. Saat ini, populasi sapi perah milik peternak yang tergabung sebagai anggota KPSBU sekitar 22.000 ekor. KPSBU sudah sering melakukan sosialisasi kepada para peternak supaya tidak membuang kotoran sapi sembarangan. Sebaliknya memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomis.(Ant/SHA)