Liputan6.com, Jakarta - Facebook baru saja menutup ratusan akun Rusia yang diduga berkaitan mengusik momen pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2018. Tak cuma akun Facebook, Instagram pun kena getahnya.
Menurut informasi yang dilansir Tech Crunch, Jumat (6/4/2018), informasi tersebut disampaikan langsung oleh perusahaan.
Diungkap Chief Security Officer Facebook Alex Stamos, pihaknya telah menutup 70 akun Facebook, 138 laman (pages) Facebook, serta 65 akun Instagram yang diduga dikendalikan oleh pemerintah Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Stamos berkata, akun-akun ini sangat berbahaya karena bisa memanipulasi pengguna.
"Kami tak ingin akun-akun ini bermunculan di Facebook. Kami menutup akun dan laman tersebut karena mereka dikendalikan Internet Research Agency (IRA), bukan berdasarkan konten," ujar Stamos.
Mirisnya, Stamos mengungkap kalau IRA sudah menggunakan jaringan dari akun-akun tersebut selama berulang kali untuk memanipulasi pengguna jauh sebelum Pilpres AS.
Diketahui, 95 persen akun menargetkan pengguna Rusia, tak cuma di negara tersebut, tetapi juga di negara-negara tetangga Rusia mulai Azerbaijan, Uzbekistan hingga Ukraina.
Jika diestimasi, satu laman Facebook Pages tersebut diikuti 1 jutaan pengguna, sedangkan untuk satu akun Instagram diikuti 493 ribu pengguna.
Adapun akun-akun ini juga meraup untung dengan total hingga US$ 167.000 (setara dengan Rp 2,2 miliar).
Tanggapan Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg sendiri juga sudah mengeluarkan pernyataan kalau akun-akun Facebook ini bermasalah.
Bahkan, menurutnya, akun-akun tersebut bisa menjadi sumber manipulasi tak cuma bagi warga AS, tetapi di beberapa negara lain.
"Keamanan bukan menjadi masalah yang bisa dipecahkan sepenuhnya. IRA adalah organisasi yang bisa terus berkembang dan menjadi 'musuh' yang canggih," ujar Zuck, sapaan karibnya.
Â
Advertisement
Indonesia Jadi Korban Skandal Penyalahgunaan Data Facebook
Masih hangat soal skandal penyalahgunaan data, Facebook akhirnya membeberkan rincian akun penggunanya yang disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.
Dalam keterangan resminya, Facebook mengungkap informasi dari sekira 87 juta pengguna telah digunakan digunakan secara tidak layak oleh perusahaan konsultan politik, Cambridge Analytica.
Sebagian besar merupakan data pengguna Facebook di Amerika Serikat (AS). Yang mengejutkan, Indonesia termasuk tiga besar yang menjadi korban.
Sebanyak 70,6 juta akun yang disalahgunakan berasal dari AS, Filipina berada di posisi ke dua dengan 1,2 juta dan Indonesia dengan 1 jutaan akun. Dari total jumlah akun yang disalahgunakan, 1,3 persen adalah milik pengguna di Indonesia.
Negara-negara lain yang juga menjadi korban adalah Inggris, Meksiko, Kanada, India, Brasil, Vietnam dan Australia. Namun, Facebook mengaku tidak tahu rincian data yang diambil dan jumlah pasti akun yang menjadi korban.
"Total, kami yakin informasi dari 87 juta orang di Facebook, sebagian besar di AS, telah dibagikan secara tidak layak dengan Cambridge Analytica," tulis Facebook dalam keterangan resminya, Kamis (5/4/2018).
Untuk mencegah masalah serupa kembali terjadi, Facebook pada Rabu (4/4/2018), sekaligus mengumumkan sembilan perubahan penting di layanannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang lebih baik untuk seluruh informasi yang ada di Facebook.
Sembilan perubahan penting itu mencakup API untuk layanan Event, Group, Page, Instagram, Platform, login Facebook, Search and Account Recovery, data panggilan telepon dan pengiriman pesan, Data Providers and Partner Categories, serta pengaturan aplikasi.
Selain itu, Facebook juga akan memberikan pemberitahuan kepada pengguna yang informasinya diduga dibagikan secara tidak layak ke Cambrdige Analytica.
"Kami yakin perubahan-perubahan ini akan melindungi informasi orang-orang dengan lebih baik, dan tetap membuat developer bisa menciptakan pengalaman berguna. Kami tahu, kami harus mengerjakan banyak hal, dan kami akan memberikan informasi terbau jika ada perubahan," tulis Facebook.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: