Sukses

Jangan Umbar Nomor Ponsel dan Tanggal Lahir di Media Sosial

Skandal kebocoran data Facebook seharusnya membuat masyarakat sadar akan pentingnya data yang diunggah ke media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Skandal penyalahgunaan puluhan juta pengguna data Facebook yang dilakukan perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambride Analytica, seharusnya membuat masyarakat sadar akan pentingnya data yang diunggah ke media sosial.

Pengamat media sosial Rulli Nasrullah mengatakan, pengguna jangan sembarangan berbagi aktivitas di media sosial. Menurutnya, selain data pribadi yang diunggah, aktivitas dalam bermedia sosial juga tak kalah penting. Hal ini bisa direkam untuk dijadikan sumber komoditas media sosial itu sendiri.

"Mesti dipahami dulu bahwa Facebook adalah sebuah perusahaan dan kepemilikannya jelas. Perusahaan ini berjalan juga tidak gratis. Komoditasnya itu informasi soal data pengguna, baik data pribadi atau aktivitas si pengguna. Tapi bagi saya, data aktivitas pengguna di wall media sosialnya itu jauh lebih besar untuk dikomoditaskan," kata Rulli di Jakarta.

Ia menilai, pada dasarnya sebelum memiliki akun di sebuah media sosial, pengguna disodorkan form yang harus diisi. Namun, tidak semua informasi yang ada di form tersebut harus diisi.

Terlebih dengan informasi yang real dan lengkap. Pengguna bisa mengisi form tersebut sesuai dengan batas keamanan data pribadi. Misalnya tidak mengisi informasi mengenai alamat rumah, tanggal lahir, atau bahkan nomor handphone.

"Itu kan optional," ungkap pria yang juga berprofesi sebagai dosen di UIN Jakarta.

Selain itu, ia juga mengatakan di era digital seperti saat ini, masyarakat juga perlu untuk dibantu peningkatan dalam literasi digitalnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat tak asal dalam memberikan data atau informasi yang dibagikan di media sosial.

"Literasi digital semestinya harus dipahami oleh pengguna Facebook. Jangan seluruh data diserahkan ke Facebook," jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Teliti Baca Kebijakan Layanan

Hal senada juga diutarakan oleh pengamat kejahatan siber, Gildas Lumy. Ia mengimbau agar seluruh warganet teliti terutama membaca secara detail mengenai kebijakan layanan internet atau aplikasi yang digunakan.

Cara ini mencegah masyarakat agar tidak hanya menjadi korban penyalahgunaan data, melainkan pula keluhan-keluhan yang dikhawatirkan terjadi di masa mendatang.

Di sisi lain, Gildas pun menyadari bahwa masih banyak orang yang malas membaca syarat layanan dan aplikasi yang mereka gunakan.

Di luar kasus penyalahgunaan data, menurutnya, kemalasan tersebut pada akhirnya mengorbankan data-data penting. Gildas pun menyarankan masyarakat agar lebih peka pada segala informasi yang diberikan di internet.

"Jika kita setuju menyerahkan semuanya (setuju dengan persyaratan), kita tidak boleh keberatan," tutur Gildas dalam acara dikusi publik 'Skandal Facebook, Dampaknya bagi Kita' di Jakarta, belum lama ini.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.comÂ