Sukses

Facebook Cekal Grup Penjual Identitas Orang Lain

Sindikat penjual identitas milik orang lain ditemukan di Facebook, pihak Facebook dengan demikian diharapkan terus melakukan pencekalan.

Liputan6.com, Jakarta - Terkuaknya skandal Cambridge Analytica tampaknya berhasil menampar Facebook untuk mengambil langkah serius perihal privasi milik orang lain.

Dilansir Reuters, Kamis (26/4/2018), Facebook telah menemukan sejumlah akun dan halaman yang menggadaikan nomor keamanan sosial (semacam nomor KTP di Amerika Serikat), alamat rumah, nomor telepon, dan dugaan nomor kartu kredit milik lusinan orang.

Pihak Facebook pun langsung menghapus akun dan halaman tersebut.

"Pos yang mengandung informasi seperti nomor keamanan sosial atau informasi kartu kredit tidaklah diizinkan di Facebook," kata seorang juru bicara Facebook.

Meski Facebook sudah berkomitmen melindungi privasi pengguna, ternyata ketika dicari lewat Google masih ada saja beberapa pos Facebook yang menawarkan penjualan identitas pribadi, seperti nomor kartu kredit.

Yang lebih parahnya lagi, pos-pos tersebut dapat dilihat oleh publik.

Sebelumnya, Facebook menghapus hampir 120 grup diskusi yang memiliki 300 ribu anggota karena mendapat laporan dari seorang jurnalis bahwa grup itu mendorong terjadinya aktivitas ilegal, seperti melakukan spam, penipuan, sampai pencurian akun.

Grup-grup yang dicekal tersebut di antaranya berisi konten penjualan dan penggunaan karu kredit dan debit curian, serta kelompok yang memfasilitasi pencurian akun Amazon, Google, Netflix, dan Paypal.

Facebook saat ini tengah melakukan perbaikan besar-besaran setelah dicecar oleh Kongres AS terkait masalah privasi dan data pengguna.

2 dari 3 halaman

Wajahnya Dicatut Iklan Penipuan, Pria Ini Tuntut Facebook

Tidak hanya pencurian data, pencurian wajah pun terjadi di Facebook. Parahnya lagi, wajah orang yang dicuri malah digunakan untuk iklan penipuan.

Martin Lewis, seorang presenter dan jurnalis dari Inggris, berupaya menuntut Facebook karena wajahnya dicatut pada iklan investasi abal-abal di Facebook.

Dilansir Money Saving Expert, Lewis mengaku kesal karena sejak setahun belakangan wajahnya muncul di lebih dari 50 iklan abal-abal di Facebook. Sayang, protes yang ia layangkan berujung sia-sia.

"Cukup sudah. Saya sudah melawan selama setahun lebih untuk menyetop Facebook membiarkan pelaku scam memakai nama dan wajah saya untuk menipu orang-orang yang tidak paham," ujar Lewis. 

Wajah Lewis kerap muncul di iklan yang menawarkan kekayaan cepat lewat investasi dan bitcoin. Lewis sendiri adalah pendiri Money Saving Expert, situs berita ekonomi dan bisnis.

Dampaknya, ada seorang wanita yang menjadi korban penipuan karena tertipu iklan dengan wajah Lewis. Sang korban sampai kehilangan uang sebesar 100 ribu pound sterling (sekitar Rp 1,9 miliar).

Dalam keterangan resminya, Lewis mengaku penuntutan ini bukan untuk tujuan pribadi, melainkan sebagai pelajaran agar Facebook mau mengubah kebijakan yang mereka miliki terkait pemasangan iklan.

"Harapan saya adalah penuntutan ini dapat memaksa Facebook untuk mengubah sistemnya. Upaya lain sudah tidak berhasil. Masyarakat butuh perlindungan," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Polri Ikut Curhat Jadi Korban Akun Palsu

Tidak hanya presenter TV, akun Polri pun jadi sasaran akun palsu di Facebook oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan adanya akun palsu yang mengatasnamakan Divisi Humas Polres Surakarta. Padahal, level Divisi Humas hanya ada di Mabes Polri.

Apalagi akun tersebut kerap mengunggah konten negatif. Namun, saat Polri meminta Facebook untuk menghapus akun tersebut, responsnya dinilai lamban.

"Harusnya dia cepat dong, yang minta Mabes Polri. Jelas. Kami yang punya otoritas, masa enggak dipercaya? Sampai sekarang masih belum kooperatif," Setyo menandaskan.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: