Liputan6.com, Pulau Bintan - Perusahaan telekomunikasi di berbagai negara tengah sibuk menyiapkan teknologi jaringan terbaru, 5G. Di Indonesia, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan agar implementasi 5G berjalan dengan baik.
Diungkap Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini, ada tiga hal utama yang perlu disiapkan sebelum merilis 5G secara komersial. Ketiganya adalah spektrum frekuensi, ekosistem perangkat dan industri.
Melihat persiapan untuk ketiga hal itu belum matang, Dian memperkirakan 5G tidak akan bisa dirilis secara komersial sebelum 2020 di Indonesia.
Advertisement
"2019 belum bisa, baru 2020 atau di atas itu. Spektrum, ekosistem perangkat dan industri kita harus disiapkan terlebih dahulu. Kita harus komunikasikan dengan calon pengguna, karena kan ekosistem awal 5G kebanyakan B2B (Business to Business)," ungkap Dian dalam acara XL Axiata Media Gathering 2018 di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Baca Juga
Dijelaskannya, perbedaan teknologi 4G dan 5G sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, implementasinya sangat jauh berbeda. Jaringan 4G bisa disiapkan lebih mudah, karena konsumen pasti akan pakai, tapi penggunaan 5G berbeda.
Menurut Dian, implementasi 5G harus dilihat terlebih dahulu seperti apa calon penggunannya. Hal ini disebabkan untuk tahap awal, kebanyakan pengguna 5G bukan konsumen biasa, tapi lebih pada industri, misalnya untuk perbankan dan kesehatan.
Pemanfaatan teknologi 5G kemungkinan besar akan dimulai dari industri 4.0. Industri 4.0 merupakan nama tren otomatisasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi manufaktur. Hal ini mencakup sistem Internet of Things (IoT), cloud computing dan komputasi kognitif.
Teknologinya tidak jauh dari 4G, tapi dari sisi penggunannya berbeda karena spesifik.
"Misalnya 5G yang digunakan untuk perbankan dilengkapi teknologi tinggi dan 5G untuk industri kesehatan yang memerlukan latency sangat baik, akan sangat berbeda. Jadi sebelum diimplementasikan, kita harus tahu dulu dipakainya untuk apa," jelasnya.
Oleh sebab itu, sebelum membangun 5G, operator harus tahu jaringannya akan dipakai untuk apa dan siapa konsumennya. Hal ini membuat investasi 5G harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat kegunaannya yang spesifik tersebut.
Frekuensi dan Perangkat
Di sisi lain, implementasi 5G juga masih menunggu kepastian dari pemerintah soal frekuensi yang akan digunakan. Saat ini, pemerintah memiliki tiga opsi, yakni 3,5GHz, 26GHz dan 28GHz.
Diungkapkan Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya, XL lebih cenderung memilih frekuensi 3,5GHz untuk implementasi awal 5G. Salah satu alasannya karena dari sisi ekosistem perangkatnya lebih siap untuk 3,5GHz.
Menurut Yessie, menggelar jaringan 5G tidak semudah saat evolusi 3G ke 4G. Salah satunya karena teknologi jaringan wireless baru ini membutuhkan latency atau waktu respons yang sangat baik, sehingga dibutuhkan kesiapan yang lebih tinggi, terutama dari sisi kualitas jaringan.
"Kita sudah evolusi ke arah sana (penerapan 5G). Namun, kita masih menunggu frekuensi dari pemerintah terlebih dahulu," tuturnya.
Hal serupa juga terjadi ketika para operator seluler menggelar 4G, termasuk XL. Layanan 4G milik XL dirilis secara komersial pada Desember 2014.
"Dulu waktu 4G, kita juga mau segera dan udah mulai trial 2013, tapi ternyata spektrumnya baru muncul 2014. 2015 saja masih tektok belum neutral frekuensi," kata Yessie.
Adapun sejumlah negara diperkirakan akan merilis layanan 5G secara komersial pada 2019, bahkan negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), Jepang dan Tiongkok, dilaporkan sedang melakukan persiapan besar-besaran agar bisa merilis 5G secara komersial pada tahun ini.
Lebih lanjut, selain frekuensi 3,5GHz, 26GHz dan 28GHz, menurut laporan terpisah, ada beberapa opsi lain untuk jaringan 5G yakni mencakup 600MHz, 700MHz dan 800MHz. 5G sendiri sejatinya membutuhkan spektrum dalam tiga rentang frekuensi utama yang memberikan cakupan luas dan mendukng semua kasus penggunaan. Tiga rentang itu adalah di bawah 1GHz, 1-6GHz dan di atas 6GHz.
Mengutip data dari asosiasi operator jaringan mobile GSMA, frekuensi di bawah 1GHz akan mendukung cakupan luas di seluruh daerah perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan, serta membantu mendukung layanan IoT.
Untuk 1-6GHz, menawarkan cakupan dan manfaat kapasitas yang cukup baik. Ini termasuk spektrum dalam kisaran 3,3 - 3,8GHz, yang diharapkan dapat membentuk basis dari banyak layanan awal 5G.
Adapun di atas 6GHz, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan broadband kecepatan tinggi yang diharapkan untuk 5G. Fokus pada frekuensi ini akan berada di atas 24GHz atau 28GHz. Selain itu juga ada beberapa minat mengeksplorasi frekuensi dalam kisaran 6-24GHz.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement