Sukses

Kecerdasan Buatan, Harapan atau Ancaman?

Surat tahunan Sergey Brin dibuka dengan kutipan sastra dari Charles Dickens sebelum membahas era kecerdasan buatan.

Liputan6.com, Jakarta - Sergey Brin, Pendiri Google dan Presiden Alphabet, menarik perhatian dunia teknologi dan media massa lewat surat tahunannya yang membahas kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) lewat sebuah ungkapan sastra.

Dilansir situs resmi Alphabet, Sabtu (29/4/2018), Sergey Brin membuka surat tahunannya dengan mengutip kalimat pembuka novel Kisah Dua Kota karya sastrawan Inggris, Charles Dickens. Kutipan itu membahas saat sisi baik dan buruk sama-sama hadir di suatu zaman.

 

Kala itu adalah zaman terbaik. Kala itu adalah zaman terburuk.

Kala itu adalah zaman kebijaksanaan. Kala itu adalah zaman kebodohan.

Kala itu adalah masa kepercayaan. Kala itu adalah masa keraguan.

Kala itu adalah musim Cahaya. Kala itu adalah musim Kegelapan.

Kala itu adalah musim semi harapan. Kala itu adalah musim dingin keputusasaan.

 

"Kutipan itu adalah artikulasi terbaik tentang transformasi zaman yang kita jalani," tulis Brin.

Pertama, Brin membahas ledakan komputasi, dan bagaimana perkembangan AI adalah sebuah musim semi harapan.

Ia menyebut Google dapat melakukan banyak hal berkat AI seperti memahami foto, menerjemahkan ratusan bahasa, sampai menemukan sistem planet baru.

Meski saat ini dianggap sebagai zaman Renaisans teknologi, Brin mengingatkan bahwa mengembangkan AI butuh pertanggungjawaban agar memahami efek yang AI berikan ke berbagai sektor.

Sergey Brin pun berharap Alphabet dapat menjadi pemimpin di bidang AI, baik dari segi teknologi sampai etika.

"Adopsi teknologi yang meluas menciptakan kesempatan baru, tetapi juga tanggung jawab baru sebagaimana hubungan sosial di dunia jadi semakin terjalin," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sifat Rendah Hati Dibutuhkan Perusahaan Teknologi

Masih dalam suratnya, Brin membahas sisi internal perusahaan teknologi agar tidak berfokus pada hasil semata.

Brin sadar betapa perusahaan teknologi bersikap menggebu-gebu terhadap potensi besar yang diciptakan berbagai inovasi. Ia pun menyebut perkembangan internet dan perangkat mobile memberikan pengaruh positif untuk miliaran orang.

Dan sekali lagi, ia mengingatkan sisi lain perkembangan teknologi yang dapat memberi hasil negatif.

"Ada pertanyaan sah dan berkaitan di seluruh dunia mengenai implikasi dan dampak perkembangan tersebut. Ini adalah sebuah diskusi penting untuk dibahas," jelasnya.

Brin mengaku optimistis teknologi dapat membawa penyelesaian pada masalah-masalah besar di dunia, tapi ia berharap perusahan teknologi dapat melangkah dengan tanggung jawab mendalam, kepedulian, dan kerendahan hati.

"Itulah tujuan dari Alphabet," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Bos Teknologi Belum Satu Suara Mengenai AI

Ucapan Sergey Brin tentang AI terkesan bijaksana, sebab ia menyadari baik dan buruknya AI.

Sementara, bos teknologi lain seperti Elon Musk berkali-kali berkoar mengenai bahaya dari teknologi tersebut.

Bahkan Musk sempat menyebut AI lebih berbahaya ketimbang senjata nuklir.

Di sisi lain, pendiri Facebook Mark Zuckerberg secara terbuka menentang ucapan Musk tentang AI. Pendiri Amazon Jeff Bezos sejauh ini juga sering terlihat bersenang-senang dengan teknologi AI dan robotik.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.