Sukses

Sebelum Dirikan Microsoft, Bill Gates Ternyata Ingin Jadi Guru Matematika

Sebelum mendirikan Microsoft, Bill Gates ternyata memiliki cita-cita lain, yakni ingin menjadi pengajar sekaligus meraih gelar profesor di ilmu Matematika.

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum Microsoft sukses di tahun 1980-an, salah satu pendirinya, yakni Bill Gates, rupanya sempat mengalami rasa minder.

Ya, salah satu orang terkaya di dunia ini sempat merasa tidak percaya diri. Dia bahkan punya ketakutan bisnisnya tidak akan berjalan dengan lancar.

Hal ini dikisahkan Gates di depan mahasiswa Harvard bulan lalu. "Bahkan, pikiran bahwa Microsoft akan menjadi perusahaan besar, tidak pernah terpikirkan," kata Gates sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari CNBC, Selasa (22/5/2018).

Gates mengakui dirinya adalah orang yang introvert dan antisosial. Alih-alih bercita-cita jadi programmer terkemuka, Gates bercerita dirinya ingin jadi pengajar Matematika.

"Ketika di SMA, saya berpikir bahwa saya adalah murid yang baik. Makanya saya ingin menjadi pengajar (guru) atau profesor di bidang Matematika," tutur Bill Gates.

Dia mengatakan, sangat memiliki ketertarikan pada disiplin Matematika, terutama terkait dengan persoalan Matematika.

"Ada soal yang sulit dipecahkan dan saya suka soal yang sulit," ucap suami Melinda Gates itu.

Namun, banyak hal berubah setelah seorang teman yang juga mitra Bill Gates, yakni Paul Allen, meyakinkan Gates untuk serius menekuni bidang programming computer.

2 dari 3 halaman

Ke Luar dari Zona Nyaman

Gates menyebut dirinya tidak pernah berencana akan berkarier di dunia teknologi ataupun bisnis. Namun, Allen menantang Gates untuk keluar dari zona nyamannya.

Meskipun Allen tidak berkuliah di Harvard dengan Gates, keduanya bekerja di perusahaan software Honeywell sebagai programmer komputer pada 1974.

Ketika komputer personal (PC) pertama di dunia rilis akhir tahun itu, Allen menyarankan Gates untuk mencoba sesuatu yang berbeda.

"Kalau kamu pikir kamu sangat pintar, bisakah kamu mencari tahu tentang komputer ini?" tanya Allen saat itu.

Gates pun menjawab, "Saya menjawab, ya, saya bisa."

Setelah melihat mikroprosesor komputer tersebut, Gates dan Allen memutuskan untuk drop out dari kampus dan benar-benar membangun Microsoft.

"Ini adalah waktunya untuk drop out dan benar-benar mengembangkan Microsoft sebagai yang pertama dalam bisnis ini," kata Gates.

Tentunya, keputusan keduanya benar-benar membutuhkan mental yang kuat.

"Kamu tahu, beralih ide dari menjadi pengajar ke CEO, manajer, pemimpin, berkembang tiap waktu," ujar pria 62 tahun ini.

3 dari 3 halaman

Kekhawatiran hingga Keberhasilan Gates

Usai memutuskan untuk meluncurkan Microsoft, Gates kembali mengalami kegelisahan lantaran takut melihat Microsoft gagal.

"Digital Equipment (DEC) dan Wang adalah dua perusahaan tempat saya tumbuh dan berpikir keduanya sangat besar. Wang bangkrut meski penuh inovasi, kemudian DEC juga bangkrut. Padahal, keduanya adalah perusahaan paling keren," tuturnya.

Akibatnya Gates terus mengalami kegelisahan. "Saya selalu harus berhati-hati bahwa kami tidak akan mempekerjakan terlalu banyak orang," tutur Gates saat diwawancarai The Ellen Show.

"Saya juga selalu khawatir karena orang-orang yang bekerja untuk saya lebih tua dari saya dan mereka memiliki anak. Saya selalu berpikir, bagaimana kalau kami tidak dibayar, akankah saya bisa membayar gaji mereka?" kata Gates.

Dia pun belajar tentang kepemimpinan, meski penuh dengan tantangan. Ia juga mulai berhenti mencampuri pekerjaan para bawahannya dan mencoba percaya dengan tim.

Saat usianya beranjak, enam tahun sebelum menjalankan bisnis Microsoft, dia pun tertegun dengan apa pencapaian yang begitu besar.

Gates pun bercerita pada para mahasiswa Harvard bahwa hari-hari awalnya mendirikan Microsoft mengajarkan pelajaran penting.

"Banyak hal sangat berisiko, jangan sampai kehilangan kesempatan yang ada," tuturnya.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: