Liputan6.com, Jakarta - CEO sekaligus pendiri Facebook Mark Zuckerberg baru saja selesai memberikan keterangannya di hadapan anggota Parlemen Eropa di Brussel, Belgia, pada Selasa (22/5/2018) waktu setempat.
Zuckerberg memang sedari awal diperkirakan akan terus mengambil nada lembut dalam pernyataannya. Sayangnya, argumen Zuckerberg tidak sepenuhnya memuaskan Parlemen Eropa, terutama karena waktu yang terbatas. Pihak Parlemen pun sudah jengah dengan permintaan maaf dari bos Facebook.
"Minta maaf adalah hal yang bagus dan memang diperlukan, (tetapi) ketahuilah itu tidak cukup, sekarang tindakan lebih utama," kata Manfred Weber, politisi Eropa dari Jerman seperti yang dikutip dari laman Politico EU, Rabu (23/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Wakil rakyat Uni Eropa (UE) juga sempat menegur Zuckerberg dan memperingatkan bahwa peraturan di Eropa lebih ketat ketimbang di Amerika Serikat (AS).
"Kamu tidak sedang berada di pemberian keterangan Kongres, tetapi berada di Uni Eropa (yang aturannya lebih ketat)," ujar Claude Moraes, anggota Parlemen Eropa dari Inggris.Â
Di sisi lain, pada kesempatan tersebut, sang pendiri Facebook mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya regulasi dan campur tangan pemilu.Â
"Saya pikir pertanyaannya bukan tentang harus atau tidak harusnya ada peraturan, tapi pertanyaannya adalah apa itu regulasi yang benar," ucap Zuckerberg.
Sementara, untuk pemilu, Zuckerberg mengatakan pemilu mendatang di Eropa harus terbebas dari intervensi negara lain, seperti Rusia.
Memakai AI untuk Melawan Terorisme
Dalam kesempatan yang sama, Zuckerberg menekankan dan menyadari tanggung jawabnya yang besar dalam melawan konten terorisme dan ujaran kebencian.
Ia menyebut Facebook akan mempekerjakan lebih banyak orang untuk melawan konten-konten tersebut.
"Kami punya kemampuan untuk mengembangkan lebih banyak lagi perangkat AI (Artificial Intelligence/kecerdasan buatan), agar bisa menandai konten-konten tersebut," kata Zuckerberg.Â
Advertisement
Awalnya Sempat Tertutup
Awalnya, Zuckerberg disebut meminta persyaratan sebelum mau memenuhi panggilan Parlemen Eropa, dan kemudian direncanakan pertemuan mereka diadakan tertutup. Namun, rencana itu dikecam publik.
Akhirnya, pada H-1 pertemuan, Antonia Tajani selaku Presiden Parlemen Eropa mengumumkan perubahan rencana, dan pertemuan akan disiarkan secara langsung. Demikian dilaporkan Reuters.
"Saya secara pribadi berdiskusi dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg perihal kemungkinan melakukan webstreaming pertemuan dengannya," kicau Antonio Tajani di akun resmi Twitter-nya.
"Saya senang mengumumkan bahwa ia telah menyetujui permintaan baru ini. Kabar gembira bagi rakyat UE," sambungnya.
Salah seorang juru bicara Facebook pun mengekspresikan respons positif rencana ini.
"Kami tidak sabar ingin menghadiri pertemuan itu dan gembira bahwa pertemuannya akan disiarkan langsung," tulis Antonio menambahkan.
Zuckerberg sendiri berhadapan dengan wakil rakyat Uni Eropa untuk mendiskusikan isu penjualan data ke Cambridge Analytica yang dianggap terlibat dalam kampanye Donald Trump pada 2016.
Namun, pihak Facebook berkali-kali mementahkan tuduhan penjualan data, dan bahwa Cambridge Analytica memanen data pengguna tanpa sepengetahuan Facebook sebelum adanya perubahan kebijakan pada 2015.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini