Sukses

Peneliti Ungkap Pluto Terdiri dari Jutaan Komet?

Proses pembentukan Pluto pada masa awalnya disebut dengan istilah 'The Giant Comet'.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru mengungkap Pluto tersusun dari jutaan komet. Penelitian tersebut disimpulkan setelah peneliti mengamati kandungan kimia yang tersimpan di dalam objek terjauh di Tata Surya itu.

Penelitian yang dilakukan Divisi Ilmu Pengetahuan dan Teknik Antariksa Southwest Research Institute Amerika Serikat tersebut mengungkap, kalau proses pembentukan Pluto pada masa awalnya disebut dengan istilah 'The Giant Comet'.

"Kami mempelajari kandungan kimia Pluto dengan model kimia dan kosmologis. Kami bisa simpulkan, Pluto ternyata tersusun dari banyak komet hingga jutaan," kata pimpinan peneliti Christopher Glenn, sebagaimana dikutip Science Alert, Minggu (27/5/2018).

Penelitian lebih lanjut menjabarkan kalau Pluto memiliki karakteristik yang mirip dengan komet 67P atau bernama Churyumov-Gerasimenko.

Kemiripan antara dua objek luar angkasa ini tentu bukan kebetulan yang dibuat-buat, terlebih permukaan Pluto memiliki lapisan es nitrogen yang letaknya ada di wilayah area Sputnik Planitia.

Tak cuma itu, peneliti juga mengamati Sabuk Kuiper yang posisinya ada di sebelah Pluto. Sabuk Kupier di sini memiliki komposisi yang sama dengan objek kerdil tersebut.

2 dari 3 halaman

Planet Terdingin di Tata Surya

Pluto disebut menjadi salah satu planet terdingin di Tata Surya. Pasalnya, objek kerdil memiliki atmosfer yang lebih tebal dari sebelumnya.

Hal tersebut diamati oleh pesawat eksplorasi Pluto milik NASA, New Horizons, belum lama ini. New Horizons mengirim foto terbaru Pluto ke NASA, memperlihatkan permukaan atmosfer planet yang sangat tebal.

Setelah diteliti, para ilmuwan memprediksi atmosfer yang tebal tersebut menciptakan suhu yang sangat dingin di wilayah Pluto. Bahkan, suhu planet bisa mencapai -203 derajat Celsius. Lantas, mengapa atmosfer Pluto bisa menebal dan menciptakan suhu dingin?

Menurut penelitian yang dilakukan Xi Zhang, ilmuwan Universitas California Santa Cruz, atmosfer terbentuk dari tetesan cair yang pada akhirnya menjadi kabut. Kabut tersebut bisa memisahkan cahaya Matahari langsung dan mencegah panas mencapai bagian permukaan planet.

"Ini menarik. Karena kami tak pernah menyangka Pluto memiliki suhu sedingin ini. Pluto kan planet dengan sumber energi atmosfer dari partikel kabut, bukan gas," kata Zhang, sebagaimana dilansir laman Phys, Selasa (21/11/2017).

Adapun Zhang menilai tetesan cair tersebut berasal dari material hidrokarbon yang terbentuk di atmosfer ketika sinar ultraviolet Matahari melepas elektron dari gas metana dan idrogen. Dengan begitu, reaksi tersebut membentuk hidrokarbon solid yang bisa menetes dan menciptakan kabut.

"Kabut memang tidak secara langsung menghalangi sinar Matahari, tetapi ia bisa menguraikannya. Jadi, bagian bawah Pluto tetap dingin," lanjut Zhang.

3 dari 3 halaman

Pencarian Pluto dalam Sembilan Tahun

Untuk diketahui, misi ekspedisi Pluto telah berjalan selama sembilan tahun lamanya. Dengan menggunakan pesawat luar angkasa bernama New Horizons, NASA berharap bahwa misi tersebut dapat mengungkap tabir planet kerdil itu dan dapat dipublikasikan.

Perjuangan New Horizons menempuh jarak yang begitu jauh rupanya tidak berjalan mulus. Akan tetapi, pada akhirnya berbuah hasil manis. Sebelumnya, New Horizons sempat hilang kontak selama lebih dari satu jam ketika sudah mencapai Pluto dengan jarak sebesar 7.800 mil (sekitar 12.500 km).

Berbagai penemuan menakjubkan telah diungkap NASA, salah satunya adalah bercak hitam yang muncul bahkan tersebar merata di seluruh wilayah ekuator Pluto. Bercak yang disebut zona gelap pada Pluto ini terbentang sepanjang 300 mil.

Selain menemukan bercak hitam dan bentuk corak hati, para ilmuwan juga mengungkap sebuah gambar penampakan warna baru di Planet Pluto.

Mereka menjelaskan warna tersebut seperti dua wajah yang berbeda, seakan memberikan isyarat bahwa terdapat kehidupan alien dalam Planet Pluto.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut: