Sukses

Pidana Lima Tahun Penjara Menanti Para Hacker Bayaran

Hacker bayaran dituntut lima tahun penjara dan membayar denda serta ganti rugi puluhan miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus yang menimpa pemuda bernama Karim Baratov bisa menjadi pelajaran bagi mereka yang tergoda mencari uang haram sebagai hacker.

Pria asal Kanada berusia 23 tahun ini ketahuan memakai data curian yang ia bobol dari Yahoo untuk mengintip akun-akun email pribadi orang lain. 

Alhasil, ia dijatuhkan hukuman lima tahun penjara oleh pengadilan Amerika Serikat (AS), dan diminta membayar ganti rugi ke korban sebanyak US$ 2,25 juta atau mencapai Rp 31,2 miliar. Demikian laporan CNET, Sabtu (2/6/2018).

Yang lebih buruknya, Baratov ternyata bekerja dengan agen intelijen Rusia bernama FSB. Bersama-sama, mereka membobol akun-akun email Google dan Yandex.

Agen-agen Rusia tersebut sebelumnya diduga melakukan aksi serupa pada Yahoo dengan menyerang sebanyak 500 juta akun.

Pihak penuntut menjuluki Barakov seorang hacker bayaran internasional yang melakukan pekerjaannya tanpa ragu-ragu demi agen intelijen Rusia.

"Hukuman yang dijatuhkan mencerminkan keseriusan terhadap hacker bayaran," ucap Alex Tse, Plt. Jaksa Agung AS Distrik California Utara.

"Para hacker seperti Baratov mencari nafkah tanpa peduli tujuan kriminal dari orang-orang yang mempekerjakan dan membayar mereka," imbuhnya. 

Tse juga berterima kasih kepada pihak berwajib Kanada yang membantu penangkapan Baratov pada Maret 2017.

Taktik yang dilakukan Baratov adalah mengirim email phishing untuk menjebak pengguna agar memberikan nama dan password. Informasi sensitif tersebut kemudian ia kirimkan ke agen Rusia.

2 dari 3 halaman

Drone Juga Bisa Terserang Hacker

Jangan kira hanya komputer yang bisa jadi korban hacker, perangkat-perangat modern seperti drone juga bisa menjadi sasaran empuk.

Dilansir Futurism, orang tidak perlu repot-repot menjatuhkan drone secara manual, karena ada saja pihak tak bertanggung jawab bisa melakukan serangan pembajakan secara digital (digital hijacking).

"Tak ada yang namanya keamanan drone. Tidak ada yang bahkan bisa mengerjakan untuk mengamankannya. Hal tersebut memang tidak dipikirkan," ucap Robert Nickel, peneliti firma keamanan mobile Lookout.

Hal ini bisa disikapi secara positif maupun negatif. Negatifnya adalah drone milik seseorang bisa terancam dibajak orang tak bertanggung jawab, sementara sisi positifnya adalah dapat menangkal drone yang dikendalikan orang berniat jahat, seperti memakai drone untuk mata-mata.

Pada sekarang ini, semakin banyak banyak perusahaan yang membangun sistem untuk menangkal drone, seperti Selex dan ApolloShield.

"Drone dapat menyebabkan masalah pada tempat-tempat yang diamankan, baik itu diakibatkan tindakan orang tidak bertanggung jawab atau adanya operator jahat," tukas Nimo Shkedy, CEO ApolloShield.

Beberapa kejahatan yang dapat menggunakan drone adalah mengambil foto secara rahasia, penyelundupan barang, sampai menjatuhkan bahan peledak.

3 dari 3 halaman

Kasino Juga Jadi Korban

Bagi yang berminat dengan Internet of Things (IoT), ada baiknya bila kamu berhati-hati karena sekarang hacker bisa mencuri data lewat perangkat tersebut.

Dilansir Business Insider, ada sebuah kasino di Eropa yang namanya tidak disebutkan diretas lewat termostat akuarium yang terintegrasi IoT. Akibatnya, database penjudi di kasino itu diambil hacker.

"Para penyerang menggunakan hal itu sebagai pijakan pada jaringan. Mereka lalu menemukan database penjudi, kemudian menariknya sepanjang jaringan, lewat termostat, dan menuju cloud," ucap Nicole Eagan, CEO Darktrace, perusahaan keamanan siber.

Eagan menjelaskan bagaimana IoT memberikan ranah baru bagi para hacker untuk melaksanakan kejahatan.

"Ada banyak perangkat IoT rumahan, mulai dari termostat, sistem kulkas, sistem HVAC, sampai orang-orang yang membawa perangkat Alexa mereka ke kantor," timpal Eagan.

Robert Hannigan yang pernah menjadi petinggi badan mata-mata digital pemerintahan Inggris, turut setuju pada penjelasan Eagan terkait bahaya perangkat IoT.

Ia pun berharap pihak pemerintah dapat menyusun regulasi yang diperlukan, karena akan ada masalah-masalah yang timbul akibat IoT.

"Mungkin ini adalah satu area di mana regulasi untuk standar keamanan minimum diperlukan, karena pasar tidak akan melakukannya seorang diri," tuturnya.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: