Sukses

Microsoft Tenggelamkan Pusat Data ke Laut, Buat Apa?

Microsoft percaya pusat data di bawah laut bisa memberikan dampak positif bagi internet.

Liputan6.com, Kepulauan Orkney - Sebuah inovasi yang terbilang 'gila' baru saja dilakukan oleh Microsoft.

Perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut mencoba menjalankan pusat data berbasis cloud di bawah air, mereka pun 'membuang' sebuah prototipe pusat data ke bawah air.

Dilaporkan Microsoft pada Jumat (8/6/2018), inisiatif ini dilakukan dalam rangka mendapatkan sumber daya baru yang lebih efisien.

Sebetulnya, inisiatif bernama Project Natick ini pertama kali dimulai pada 2015 lalu di pesisir Amerika Serikat (AS), tapi sekarang mulai dilanjutkan di Kepulauan Orkney, Skotlandia.

Microsoft menyebut keuntungan pusat data bawah air adalah lokasi bisa lebih dekat dengan masyarakat, sehingga latensi (respons) koneksi internet bisa lebih cepat, baik itu dari segi download, jelajah situs, gim, sertai teknologi Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan, AI).

"Untuk mendapat kemampuan sejati AI, kita sangat bergantung pada cloud. Bila lokasi internet kami berdekatan dengan semua orang, maka yang untung tidak hanya produk kami, tapi juga produk yang diberikan pelanggan kami," ucap Peter Lee, Wakil Presiden Korporasi AI dan Penelitian Microsoft.

Untuk informasi, Project Natick ini dipimpin oleh Ben Cutler, seorang ahli arsitektur pusat data.

"Kami melihat sesuatu dari sudut baru, perspektif baru, dengan kemauan untuk menantang ide-ide lama," ucapnya saat proyek ini pertama kali diumumkan ke publik.

"Pusat data adalah tulang belakang dari komputasi awan (cloud computing), dan berisi sekelompok jaringan komputer yang butuh banyak data untuk bermacam tugas. Daya listrik yang menjadi tenaga pusat data bisa dihasilkan dari sumber daya terbarukan seperti angin dan solar, atau dalam hal ini mungkin kekuatan ombak dan pasang laut," tulis pernyataan Microsoft  pada 2016 lalu.

Kalau kamu ingin melihat prosesnya, cek videonya di sini.

2 dari 3 halaman

Ukuran Pusat Data

Pusat data Microsoft berukuran 12 meter dengan 12 rak berisi 864 server dan memiliki infrastruktur sistem pendingin.

Awalnya, pusat data ini dirakit dan diuji di Prancis, sebelum akhirnya dikapalkan ke Skotlandia.

Bagian terberat dari proyek ini adalah saat menurunkan pusat data ini ke dasar laut.

Selanjutnya, tim Project Natick akan melakukan monitoring dan perekaman performa dari pusat data ini, mulai dari konsumsi daya, level kelembaban internal, sampai level suara dan temperatur.

Yang jelas, dasar laut yang dingin akan memberikan kekuatan pendingingan alami bagi pusat data ini.

3 dari 3 halaman

Ide Lulusan Angkatan Laut

Salah satu orang yang berperan dalam munculnya rencana ini adalah Sean James, salah satu peneliti senior Microsoft yang pernah bertugas di Angkatan Laut AS selama tiga tahun.

Ia menjadi salah satu penulis sebuah penelitian mengenai hal ini dan mengaku terkejut idenya disambut dengan baik.

"Saya tidak mengira orang-orang akan begitu menyambut ide ini. Ini mengejutkan saya," ucapnya.

James yang telah bekerja dengan Microsoft selama lebih dari 15 tahun menyebutkan bahwa ternyata perangkat elektronik canggih bisa ditempatkan di bawah air dan dilindungi dari air garam.

"Hal tersebut dilakukan melalui pengujian dan proses desain yang ketat. Jadi saya tahu ada jalan untuk melakukannya," tandasnya.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini