Sukses

Senator AS Tuding Google Bantu Partai Komunis China

Senator AS menuding Google membantu Partai Komunis China

Liputan6.com, Jakarta - Jalinan kerja sama antara Google dan Huawei baru saja diumumkan pada awal 2018. Namun ternyata kalangan legislatif Amerika Serikat (AS) tidak merestuinya.

Dilansir Reuters, Jumat (22/6/2018), kalangan senator dan anggota DPR, baik liberal maupun konservatif, kompak mengirim surat pada Alphabet (induk usaha Google) untuk mempertimbangkan ulang kerja sama mereka.

Dalam surat mereka, Google pun dituding mendukung Partai Komunis China lewat kerja samanya dengan Huawei.

"Di samping kami menyesalkan Google yang tak melanjutkan tradisi panjang dan produktif di antara militer dan perusahaan teknologi, kami lebih kecewa bahwa Google tampak cenderung mendukung Partai Komunis China ketimbang militer AS," tulis surat para senator.

Surat tersebut ditandatangani oleh kalangan politisi konservatif dan liberal. Sementara, Juru bicara Google Andrea Faville merespons dengan berkata bahwa perusahaan telah memiliki perjanjian demi melindungi data pengguna.

Senator yang menolak kerja sama tersebut adalah nama-nama lama seperti Tom Cotton dan Marco Rubio. Meraka sering menjadi ujung tombak melawan Huawei dan ZTE. Kedua perusahaan itu dituding sebagai ancaman keamanan nasional.

"Kami tidak memberi akses spesial ke data pengguna Google dalam perjanjian ini, dan perjanjian kami terdapat perlindungan privasi dan keamanan untuk penggunaan data," ujar pernyataannya.

2 dari 3 halaman

Nasib Huawei dan ZTE di AS

Ambisi Huawei untuk menguasai pasar Amerika Serikat mendapat hambatan, bukan dari rival bisnis, melainkan dari para badan intelijen.

Total enam badan intelijen Amerika Serikat mengimbau kewaspadaan dalam memakai produk Huawei dan ZTE karena masalah perlindungan informasi. 

Petinggi FBI, CIA, dan NSA kompak dalam menyuarakan ketidakpercayaan mereka terhadap dua produk asal Tiongkok tersebut.

Hal itu disampaikan di hadapan Senate Intelligence Committee (Komite Intelijen Senat).

Direktur FBI dan CIA juga menyampaikan pendapat mereka yang memberikan rekomendasi pada rakyat AS agar tidak memakai produk-produk yang dicurigai, seperti yang dilansir dari CNBC.

"Kami memiliki kekhawatiran mendalam perihal risiko membiarkan perusahaan atau badan apa pun milik pemerintahan asing yang tidak berbagi nilai-nilai kita yang miliki untuk mengambil posisi berkuasa pada jaringan telekomunikasi kita," ucap Direktur FBI Christopher Wray.

Hal itu ditenggarai adanya kecurigaan potensi memodifikasi atau mencuri informasi untuk kepentingan jahat, serta dalam melaksanakan spionase.

Senator Tom Cotton dari Arkansas dan Senator Marco Rubio dari Florida mengajukan RUU yang memblokir pemerintah AS untuk membeli atau menyewa perlengkapan jaringan dari ZTE maupun Huawei.

Ini bukan pertama kalinya Huawei tersandung masalah di AS. Pada 2012, Huawei dan ZTE sudah dicurigai oleh komite intelijen AS akibat adanya potensi tindak spionase.

3 dari 3 halaman

Huawei Tetap Ekspansi

Perselisihan dengan pihak pemerintah AS tidak tidak mematahkan semangat Huawei untuk melakukan ekspansi ke pasar AS.

Dilansir dari CNET, Richard Yu selaku CEO dari Consumer Business Group Huawei tegas mengatakan bahwa kecurigaan pemerintah AS tidaklah memiliki dasar.

"Kami memiliki komitmen pada pasar AS dan berupaya meraih kepercayaan konsumen AS dengan terus fokus pada produk dan inovasi berkelas dunia. Kami tidak akan tawar-menawar dalam hal kepercayaan itu," tulis Yu seperti yang dikutip.

Sekarang, produk-produk Huawei seperti P20 Pro terancam tidak bisa menjamah pasar AS karena pencekalan tersebut.

Perusahaan telekomunikasi AS seperti AT&T dan Verizon pun membatalkan penjualan produk-produk Huawei karena himbauan dari pemerintah AS.

Selain Huawei, produk ZTE juga mengalami nasib yang sama. Belakangan, Kanada pun ikut disarankan AS untuk waspada terhadap produk Huawei, tapi pihak Kanada tidak melakukan pencekalan.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini