Sukses

Jual Microwave di Facebook, Pria Ini Malah Pajang Foto Tanpa Busana

Jika diperhatikan di kaca depan microwave, terlihat sosok pria pemasang iklan yang jongkok tanpa mengenakan busana sama sekali.

Liputan6.com, Jakarta - Menjual barang bekas memang sudah menjadi tren baru di bagi warganet yang ingin mendapat uang dengan cepat.

Salah satu tempat paling efektif menjual barang bekas tentu saja melalui media sosial atau e-Commerce.

Namun, seorang pria Taiwan yang mencoba menjual microwave bekas ini justru mendapat pengalaman paling memalukan dalam hidupnya.

Mengandalkan kekuatan media sosial, pria itu memasang iklan di Facebook dengan harapan bisa menarik perhatian banyak pembeli.

"Microwave baru, dengan ukuran besar, tidak pernah digunakan. Bisa diambil di rumah atau bayar di tempat yang sudah ditentukan," demikian bunyi iklan tersebut, dikutip dari Mirror, Jumat (22/6/2018).

Untuk microwave bekas tersebut, pria itu memasang harga 2.800 dolar Taiwan (Rp 1,29 juta) di sebuah grup jual beli barang di Facebook.

Sekilas, iklan tersebut tampak normal sampai beberapa pengguna melihat ada kejanggalan di foto microwave yang dipajang.

Jika diperhatikan di kaca depan microwave, terlihat sosok pria pemasang iklan yang jongkok tanpa mengenakan busana sama sekali.

Foto memalukan itu langsung menjadi viral hingga akhirnya diketahui oleh pria tersebut. Tidak itu saja, pria itu juga menjadi berita utama di Taiwan, meskipun tidak ada yang bisa membuktikan apakah dia benar-benar telanjang.

 

2 dari 3 halaman

Facebook Jadi Senjata Ampuh Jualan Online

Facebook sendiri mengaku 'senjata' pamungkas kalangan penjual online adalah platform-nya sendiri, termasuk Instagram.

Keduanya menggempur target pasar dari berbagai kalangan agar produk yang dijual dapat dilirik konsumen di ranah maya. Semua ini terjadi karena terciptanya tren-tren bisnis online yang secara tidak sadar terbentuk seiring begitu pesatnya teknologi berevolusi.

Setidaknya terdapat beberapa tren yang membuat kedua jejaring sosial populer tersebut digunakan sebagai wadah berjualan online.

Tren pertama adalah para pelaku UKM online sangat sadar akan kepentingan sebuah brand. Oleh karena itu, prestige yang mereka miliki diusahakan semaksimal mungkin agar dapat melakukan branding secara baik.

Kepentingan sebuah brand inilah yang memboyong para pebisnis online menciptakan `lapak` mereka di Facebook dan Instagram sehingga mampu menarik konsumen melalui kekuatan brand yang mereka bangun.

Berbekal tampilan visual foto-foto produk dan video yang begitu appealing (menarik), otomatis pebisnis online akan mendapatkan banyak followers.

3 dari 3 halaman

Penjual di Facebook Ogah Disebut 'Online Shop'

Ketika mereka mampu membentuk brand secara utuh di Facebook maupun Instagram, para pebisnis online ini tak lagi mau dipanggil dengan sebutan online shop. 

Mereka justru ingin dipanggil local brand dengan akses media sosial yang begitu luas.

Tren berikutnya adalah cara pelaku UKM online bisa menembus pasar regional dan go international berkat memasarkan produknya secara online.

Hal ini berkaitan dengan koneksi global yang mampu membuat konsumen luar negeri tertarik dengan produk yang ditawarkan pelaku UKM berkat iklan mereka di Facebook dan Instagram.

Reporter: Sugiono

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: