Liputan6.com, Jakarta - HARA, startup lokal yang bergerak di bidang pertukaran data (data exchange) berbasis blockchain, mendapatkan kesempatan unjuk gigi sebagai finalis di salah satu acara bergengsi yang diadakan di Eropa, yakni Blockshow Oscar Europe 2018.
Startup ini juga menjadi satu-satunya startup Asia dengan teknologi blockchain yang masuk ke daftar Top 8 Startup berbasis blockchain.
Advertisement
Baca Juga
HARA sendiri membawa implementasi platform pertukaran data terdesentralisasi (decentralized data-exchange platform).
Penerapan ini merujuk pada permasalahan ketersediaan informasi yang saat ini masih asimetris, di mana penetrasi internet diperkirakan meningkat hingga 60 persen.
Sementara, sebagian besar informasi dan dokumen publik masih bersifat konvensional alias offline.
Inilah yang menjadi hambatan dalam memutuskan bisnis menjadi tidak efisien, terlebih hal ini menghambat sektor rantai pasok makanan dan pertanian.
Menurut survei McKinsey pada 2015, sekitar dari 30 persen produksi pertanian dan makanan juga terbuang sia-sia karena informasi yang sangat kurang. Akibatnya, terjadi kerugian sebanyak US$ 940 miliar setiap tahunnya.
“Kami mulai dengan sektor pangan untuk mengimplementasikan sebuah pertukaran data agar data terbaru dapat diakses semua orang. Kami belajar bahwa ini hanya mungkin jika kami menyediakan insentif untuk berbagi data bagi semua pemberi data, termasuk petani” kata Regi Wahyu, CEO HARA.
Blockshow Europe 2018 menjadi acara internasional terbesar yang menampilkan perkembangan solusi blockchain yang inovatif.
Ajang yang dihelat di Berlin ini menampilkan lebih dari 80 pembicara internasional dan menghadirkan lebih dari 3.000 pengunjung internasional dari beragam industri yang berbeda.
Solusi untuk Masalah Transparansi, Ketersediaan, dan Fungsi Data
Adapun solusi yang ditawarkan HARA merupakan solusi untuk mengatasi masalah dari transparansi, ketersediaan, dan fungsi dari data.
Tim HARA sendiri terdiri dari beberapa pelaku sosial, serta ahli teknologi yang membangun, mengembangkan, dan mengumpulkan data ke berbagai pemangku kepentingan di Indonesia selama dua tahun terakhir.
Ada empat pemangku kepentingan, di antaranya terdiri dari penyedia data (data provider) yang berbagi data mereka di HARA, pembeli data (data buyer) yang membutuhkan data untuk proses pengambilan keputusan, kualifier data (data qualifier) yang menilai data, dan layanan bernilai tambah atau added value yang mengubah data menjadi informasi rujukan dan laporan.
Advertisement
Bertandang ke Afrika
Tak cuma di Eropa, HARA juga memperkenalkan solusinya ke dalam gelaran Climate Smart Agriculture (CSA) Summit yang berlokasi di Kenya, Afrika.
“Kami percaya dengan menerapkan teknologi blockchain dapat menciptakan solusi inovatif dalam ekosistem HARA, sekaligus memastikan adanya transaksi yang transparan dan dapat dilacak oleh semua orang. Tujuan HARA adalah untuk memberdayakan miliaran orang, kita tidak dapat melakukannya sendiri, diperlukan adanya kolaborasi," lanjut Regi.
CSA Summit menyatukan 300 perwakilan di level-menengah ke atas dari badan-badan PBB, investor, pemerintah, LSM, dan mitra sektor swasta untuk mengeksplorasi implementasi dan inovasi terbaik untuk CSA di Afrika sebagai pondasi untuk proyek di masa mendatang.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: