Sukses

Satu Hari di Bumi Kini Lebih Panjang Berkat Bulan yang Terus Menjauh

Dari studi terbaru, jarak Bumi dan Bulan yang pernah cukup dekat membuat durasi satu hari tak sepanjang saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka ternyata waktu satu hari di Bumi saat ini berbeda dengan miliaran tahun lalu. Menurut penelitian terbaru, waktu di Bumi kini lebih panjang karena Bulan secara perlahan terus menjauhi Bumi.

Berdasarkan penelitian dari University Wisconsin-Madison, jarak Bumi dan Bulan yang terus menjauh ternyata berpengaruh pada durasi waktu selama satu hari. Para astronom menggunakan metode statistik baru yang diberi nama astrochronology.

Jadi, para astronom mengupas unsur geologis masa lalu Bumi dan membuat rekonstruksi sejarahnya. Dari situ terungkap bahwa 1,4 miliar tahun lalu durasi satu hari di Bumi diperkirakan hanya sekitar 18 jam, berbeda dari saat ini 24 jam.

Waktu yang lebih sebentar itu terjadi karena Bulan dan Bumi berada dalam posisi lebih dekat, sehingga rotasi pun berjalan lebih cepat.

Sekadar informasi, jarak Bulan dengan Bumi memang secara bertahap terus menjauh sekitar 3,82 cm per tahun, sehingga membuat rotasi planet ini menjadi lebih lambat di sumbunya.

"Saat Bulan menjauh, Bumi berputar seperti pemain skate yang melambat saat tangannya direntangkan," tutur salah satu penulis penelitian ini, Stephen Meyers seperti dikutip dari Space, Sabtu (30/6/2018).

Metode astrochronolgy menggabungkan teori astronomi dengan observasi geologi. Dengan metode ini peneliti dapat membuat reka ulang sejarah Tata Surya, termasuk memahami perubahan iklim purba yang berasal dari catatan batuan.

2 dari 2 halaman

Pemanfaatan Metode Astrochronolgy

Sebagai informasi, perubahan iklim di Bumi sekitar jutaan tahun lalu sebenarnya dapat diketahui dari catatan batuan. Namun, rekaman geologis itu biasanya terbatas sehingga menyulitkan peneliti untuk memastikan sebuah periode waktu.

Namun, dengan metode astrochronolgy, para peneliti dapat mengurangi keterbatasan informasi. Sebab, catatan geologis yang ditangkap di lapisan batuan ditambah dengan ketidakpastian dalam pengukuran membuka cakrawala informasi baru. 

Berbekal data tersebut, peneliti dapat mengungkapkan perubahan orbit, rotasi, dan jarak Bumi dengan Bulan sepanjang waktu. Hal itu termasuk dengan durasi hari di Bumi yang terus tertambah seiring waktu. 

"Rekaman geologi adalah sebuah observatorium astronomi untuk mengetahui awal tata surya. Kami melihat iramanya diawetkan dalam batu dan sejarah kehidupan," tutur Meyers.

Melalui metode ini para peneliti juga berambisi untuk mengetahui kondisi waktu di masa lalu. Selain itu, para peneliti berharap dapat membuat sebuah skala waktu geologis yang sangat menyeluruh dan kuno.

Sebagai tambahan, para peneliti juga ingin memanfaatkan metode ini untuk membuat proses belajar batuan berusia miliaran tahun sama seperti proses belajar geologi modern.

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini