Liputan6.com, Cupertino - Beragam informasi tentang iPhone baru pada tahun depan telah cukup banyak beredar.
Kali ini, kembali muncul informasi yang menyebutkan iPhone yang baka dirilis pada 2019, akan memiliki tiga kamera belakang dan mendukung teknologi Augmented Reality (AR).
Dilansir Phone Arena, Jumat (13/7/2018), sebuah laporan dari Korea Selatan (Korsel) menyebutkan bahwa Apple "menunjuk" perusahaan lokal, JSCK, agar merakit dan memeriksa 3D-sensing kamera belakang untuk iPhone baru.
Advertisement
Smartphone Apple yang dimaksud tersebut kemungkinan besar adalah iPhone 2019.
Baca Juga
Cara kerja fitur tersebut mirip dengan kamera TrueDepth pada iPhone X, yang menggunakan iluminasi inframerah untuk memetakan dan memeriksa wajah.
Fitur ini berfungsi untuk membuka kunci ponsel atau meniru mimik pengguna melalui Animoji.
Modul yang dikembangkan JSCK kemungkinan tidak menggunakan inframerah, karena berfungsi untuk memindai objek di jarak yang lebih jauh.
Jika proses pengembangan berjalan lancar, Apple kemungkinan akan meneruskan rencananya dan menyertakan unit tiga kamera pada iPhone 2019 untuk mendukung teknologi AR.
JSCK akan bersaing dengan kamera Innotek milik LG untuk mendapatkan "hak istimewa". Jika berhasil merakit modul 3D-sensing sesuai standar Apple, maka produksi massal produk bisa dimulai pada akhir kuartal II 2019.
Apple sendiri tidak menjanjikan apapun sampai JSCK mampu membuktikan kualitas dan kemampuannya.
"Apple tidak berjanji menggunakannya jika JSCK tidak dapat berkembang hingga awal tahun depan," tutur seorang pengamat industri.
Perusahaan Pembobol iPhone Diretas Hacker
Terlepas dari produk baru, juga ada informasi lain di industri keamanan dan ponsel yang menarik perhatian.
Perusahaan pernyedia layanan keamanan asal Israel, NSO Group, yang bekerja meretas iPhone dan Android justru balik diretas.
Akibat peretasan itu, NSO sempat kehilangan software bernilainya. Mengutip laman Cult Of Mac, software yang dicuri adalah sebuah tool yang dipakai NSO untuk meretas iPhone dan Android. Parahnya, tool tersebut justru ditawarkan oleh pelaku untuk dijual di dark web.
Kendati merupakan perusahaan yang kerjanya meretas iPhone, mereka tidak pernah menjualbelikan hasil retasannya kepada para penjahat. NSO justru berupaya melindungi kliennya dari serangan teror dan kriminal.
Belakangan diketahui peretasnya adalah karyawan dengan jabatan programer senior berusia 38 tahun. Forbes menyebut, programer itu telah didakwa oleh jaksa agung Israel atas perbuatannya.
Si pegawai dilaporkan telah mematikan software keamanan di komputernya, kemudian menggandakan source code perangkat yang dipakai meretas iPhone dan Android ke drive eksternal.
Kemudian, dia menawarkan source code perangkat peretasan tersebut ke dark web dan menjualnya seharga US$ 50 juta. Saat menjual source code itu, ia mengaku sebagai seorang hacker yang telah menjebol server milik NSO.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement