Sukses

Berkat Open Source, Perusahaan Tradisional Juga Bisa Bertransformasi Digital

Untuk diketahui, Bank BTPN ternyata adalah pelanggan Red Hat yang memanfaatkan solusi open source.

Liputan6.com, Nusa Dua - Ada salah satu nama perusahaan yang mencuri perhatian pengunjung gelaran Red Hat Partner Conference 2018.

Dari banyaknya pelanggan yang disebutkan telah bermitra dengan Red Hat, satu pelanggan ternyata berasal dari perusahaan perbankan asal Indonesia, yakni Bank BTPN.

Ya, Bank BTPN ternyata adalah pelanggan Red Hat yang memanfaatkan solusi open source.

Damien Wong selaku VP dan General Manager Asian Growth & Emerging Markets (GEM) Red Hat Asia Pasifik, mengaku kalau bank tersebut adalah bukti kalau perusahaan tradisional juga bisa mengikuti laju disrupsi dan bertransformasi ke arah perusahaan digital.

“Ini bisa jadi bukti kalau perusahaan-perusahaan yang tadinya memiliki sistem kerja dan penunjang bisnis manual dan tradisional, bisa memanfaatkan solusi teknologi untuk memodernisasi bisnis mereka,” kata Damien kepada Tekno Liputan6.com pada sesi wawancara khusus di Red Hat Partner Conference 2018 yang dihelat di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (11/7/2018).

“Dunia berubah sangat cepat karena disrupsi, yang pasti ada kebutuhan untuk jadi adaptif dan agile untuk bisa merespon kepada ekosistem. Saya yakin ke depannya bakal banyak yang mengikuti langkah seperti perusahaan yang sudah go digital,” tambahnya.

Untuk diketahui, Red Hat sendiri berambisi untuk mengajak perusahaan-perusahaan yang masih bersifat tradisional untuk segera bertransformasi secara digital.

Maka dari itu, benang merah tema “Stronger Together” dari Red Hat Partner Conference 2018 ini adalah ingin memperkuat ekosistem kemitraan yang telah dijalin.

“Kami ingin transformasi digital bisa menyetir inovasi pada open source, ini adalah pesan yang ingin Red Hat sampaikan. Banyak perusahaan tradisional masih belum bisa mengadopsi open source dan belum menciptakan disrupsi digital dari model bisnis,” tutup Damien.

2 dari 3 halaman

Inovasi Open Source

Untuk diketahui, selama dua tahun terakhir Red Hat begitu getol membawa open source sebagai solusi penengah bagi laju disrupsi digital bagi perusahaan.

Inovasi Red Hat diwujudkan melalui beberapa cara. Beberapa di antaranya mengembangkan portofolio cloud hybrid terbuka dengan inovasi-inovasi penting di bidang container, OpenStack, virtualisasi, pengembangan aplikasi, manajemen cloud, penyimpanan, dan masih banyak lagi.

Bahkan, Red Hat juga diakui sebagai 'pemimpin' pada Magic Quadrant 2016 keluaran Gartner untuk Full Life Cycle API Management, serta oleh The Forrester Wave Report untuk Hybrid Cloud Management Solutions and Mobile Infrastructure Services.

Dalam dunia open source, ekosistem memainkan peranan kunci dalam menawarkan pilihan yang lebih luas kepada pelanggan.

Red Hat membeberkan telah mengembangkan kolaborasi dengan para pemimpin industri utama, seperti yang sudah disebutkan di atas.

Melihat ke belakang, Red Hat melihat perusahaan-perusahaan di Indonesia bergabung dengan program Pelatihan dan Sertifikasi Red Hat guna membantu tim TI mereka menjadi lebih siap dalam mengatasi skenario-skenario penting di dunia nyata.

3 dari 3 halaman

Membantu Pelanggan Bertransformasi

Untuk diketahui, peran Red Hat di ranah teknologi solusi cukup terbilang penting.

Apalagi, perusahaan yang identik dengan logo topi merah itu begitu getol dengan solusi open source untuk membantu perusahaan di seluruh dunia bertransformasi secara digital, agar mereka bisa berinovasi lebih baik lagi.

Kali ini, perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut membawa tema “Stronger Together” dengan misi memperkuat bantuan kepada mitranya untuk memodernisasi aplikasi-aplikasi dan software yang mereka miliki. 

Adapun alasan Red Hat mengadakan inisiasi ini tak lain karena juga ingin menekankan kalau solusi open source itu merupakan solusi lower cost dan tentunya memudahkan perusahaan.

Salah satu hal baru yang menjadi highlight utama Red Hat Partner Conference 2018 adalah platform Red Hat bernama “OpenShift Container Platform”.

Platform ini ditujukan khusus bagi mitra Independent Software Vendor (ISV) yang ada di wilayah Asia Pasifik. 

Direktur ISV Red Hat Balaji Swamy, berkata kalau bisnis di Asia Pasifik kian meningkat mengingat platform container seperti Red Hat OpenShift bisa membantu perusahaan untuk mempercepat kinerja dan inovasi untuk bisa bersaing dalam hal kemapanan solusi teknologi.

“Dengan OpenShift, pelanggan bisa menikmati lingkungan (teknologi) konsisten lewat organisasi mereka, mulai dari pengembangan hingga produksi, tentunya dengan pemahaman akan peningkatan kemampuan keamanan yang terintegrasi dengan siklus aplikasi secara keseluruhan,” ujar Swamy di sesi keynotes Red Hat Partner Conference 2018 yang dihelat di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: