Sukses

KRL Kembali Pakai Tiket Kertas, Warganet Berasa Nostalgia

Penerapan tiket kertas untuk perjalanan KRL mengundang nostalgia banyak pengguna layanan transportasi umum tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Kereta Commuter Indonesia (KCI) baru saja memberlakukan pembaruan sistem tiket elektronik untuk layanan KRL. Pembaruan ini sendiri sudah dilakukan sejak Sabtu, 21 Juli 2018.

Namun, hingga hari ini, Senin (23/7/2018), pembaruan ternyata masih berlangsung. Karenanya, KCI memberlakukan tiket kertas untuk seluruh perjalanan dari 79 stasiun.

Pemberlakuan tiket kertas ini ternyata ditanggapi beragam oleh pengguna. Sejumlah pengguna merasa penggunaan tiket kertas ini mengingatkan kembali pada masa KRL belum menerapkan sistem tiket elektronik.

Sekadar mengingatkan, penerapan sistem tiket elektronik sendiri sebenarnya baru dimulai Juli 2013 atau lima tahun lalu. Sebelumnya, pengguna KRL masih memakai tiket kertas sebagai bukti pembayaran perjalanan.

Karenanya, tidak sedikit pengguna KRL yang mengunggah gambar tiket kertas ini ke media sosial. Unggahan foto tiket kertas ini pun bersliweran di media sosial, termasuk Twitter.

"Today marked a history at commuterline story, bali meneh jaman karcis sobekan. Analogue killed the digital star x)," tulis salah satu warganet dengan akun @junohadinoto.

Penasaran seperti apa nostalgia para warganet dengan tiket kertas KRL? Berikut ini ada beberapa kicauan yang sudah dihimpun oleh Tekno Liputan6.com.

2 dari 3 halaman

Tiket Kertas KRL Jabodetabek Rp 3 Ribu ke Semua Tujuan

Sekadar informasi, saat ini tiket elektronik, baik berupa Kartu Multi Trip (KMT) maupun kartu uang elektronik dari bank, sedang tidak berlaku untuk perjalanan KRL.

"Sebagai bentuk mitigasi jika proses pembaharuan masih membutuhkan waktu maka untuk kelancaran mobilitas pengguna KRL," kata VP Komunikasi Perusahaan PT KCI Eva Chairunisa dalam keterangan tertulisnya.

Karenanya, penggunaan tiket kertas digunakan untuk mengantisipasi penumpukan penumpang. 

Tiket kertas diberlakukan di 79 stasiun KRL, dari perjalanan kereta pertama hingga kereta terakhir. Tiket kertas dijual seharga Rp 3 ribu untuk semua stasiun tujuan.

Eva meminta penumpang menyiapkan uang tunai sesuai tarif untuk mempercepat proses transaksi. Prosedur pembeliannya, pengguna mengantri di loket maupun pada petugas di luar loket yang melayani pembelian tiket kertas.

"Satu tiket kertas hanya dapat digunakan oleh satu orang pengguna untuk satu kali perjalanan KRL," imbuh Eva.

Di stasiun keberangkatan, tiket kertas diperlihatkan kepada petugas untuk ditandai bahwa tiket tersebut telah terpakai dan selanjutnya disimpan oleh pengguna jasa sebagai tanda bukti perjalanan.

Adapun PT KCI sebenarnya menerapkan sistem tiket elektronik untuk KRL Jabodetabek sejak Juli 2013. Pembaharuan dan pemeliharaan sistem, menurut Eva, tidak dapat dihindari untuk menjaga keandalan sistem ini di masa yang akan datang.

3 dari 3 halaman

Keluhan Penumpang KRL

Kendati demikian, penerapan sistem ini tetap menuai kritik dari pengguna. Banyak dari pengguna mengeluhkan kejadian melalui Twitter sejak pagi. 

Alasannya, antrean pembelian tiket kertas terlampau panjang di sejumlah stasiun. Beragam keluhan pengguna KRL pun mengalir ke akun resmi Commuter Line di Twitter. 

Warganet menyayangkan, penerapan kebijakan tiket kertas KRL itu dilakukan pada saat hari kerja. Para pegawai yang banyak menggunakan jasa transportasi ini pun mengeluhkan kondisi ini.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: