Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total terlama bakal berlangsung pada akhir pekan ini. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengungkap, gerhana bulan total terlama akan terjadi pada 28 Juli 2018 waktu dini hari. Gerhana bulan kali ini pun diklaim sebagai gerhana bulan terlama di abad 21.
Setelah gerhana terjadi pada akhir pekan ini, kapan peristiwa alam langka tersebut akan kembali terjadi?
Menurut informasi yang dilansir laman Accu Weather, Rabu (25/7/2018), gerhana bulan terlama berikut akan terjadi dalam waktu yang sangat lama. NASA mengungkap, gerhana bulan paling lama selanjutnya akan terjadi pada 9 Juni 2123.
Advertisement
Baca Juga
Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut menjelaskan, gerhana bulan yang nantinya berlangsung pada 2123 akan memiliki durasi yang lebih lama, yakni 106 menit. Berbeda dengan yang sekarang, Indonesia tidak akan bisa menyaksikan gerhana di momen tersebut.
LAPAN sebelumnya mengungkap peristiwa gerhana terjadi pukul 01.24-05.19 WIB.
Sementara, fase total akan berlangsung pukul 02.30-04.13 WIB. Semua diperkirakan akan terjadi dalam durasi satu jam 43 menit.
Sebelumnya Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menjelaskan, proses pengamatan gerhana bulan total terlama ini tidak akan dilakukan secara umum. Pasalnya, gerhana bakal berlangsung sejak dini hari sampai Subuh.
"Ya, nanti kita bakal lakukan pengamatan, tapi bukan untuk umum karena gerhana ini bakal terjadi di dini hari pada 28 Juli 2018," ujar Thomas kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (18/7/2018).
Saat ditanyakan apakah ada pengamatan khusus terhadap peristiwa alam ini, Thomas berkata kalau pihaknya hanya ingin mengabadikan momen gerhana bulan saja. "Tidak ada tujuan sains, hanya untuk mengabadikan foto proses gerhana bulan total saja," lanjutnya.
Puncak Gerhana
Dijelaskan peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, seluruh wilayah Indonesia memiliki kesempatan untuk melihat gerhana bulan total pada 28 Juli, tepat pada waktu dini hari.
“Puncaknya pukul 03.23 WIB. Di banyak berita disebutkan tanggal 27 Juli (waktu Greenwich, UK),” ujar Rhorom kepada Tekno Liputan6.com via pesan teks.
Terkait durasi gerhana, Rhorom mengungkap durasi gerhana total 1 jam 43 menit. Lalu, kenapa durasi gerhana bulan kali ini lebih lama dari biasanya?
“Memang lama karena saat itu Bulan jauh dari Bumi (di titik apogee, tampak sebagai micromoon), kebalikan dari Super Blue Blood Moon pada Januari lalu,” tandasnya.
Advertisement
Gerhana Bisa Bikin Manusia Lebih Bergairah?
Lucunya, fenomena langka tersebut juga disertai sejumlah mitos.
Salah satu mitos yang santer beredar menjelang gerhana bulan total terlama adalah manusia yang bisa lebih bergairah selama peristiwa berlangsung.
Menurut ahli astrologi Jamie Partridge, gerhana bulan total bisa menimbulkan perasaan bergairah dan lebih berani.
Menurut penjelasan Partridge seperti dilansir Mirror pada Selasa (24/7/2018), hal ini bisa saja terjadi karena konjungsi antara satelit alam Bumi dan Planet Mars selama gerhana bulan berlangsung.
Perubahan emosi yang drastis ini, menurutnya sangat sulit untuk dikendalikan. Karenanya, pasti akan ada orang yang sulit mengendalikan kesabaran dan lebih menggebu-gebu. Partridge pun menyarankan mereka untuk beristirahat.
Jika Partridge mengungkap gerhana bulan total terlama bisa membuat manusia lebih bergairah, lain lagi dengan pendeta John Hagee dan Mark Blitz. Mereka berpendapat, gerhana bulan total terlama bisa menjadi tanda-tanda kiamat.
Mereka beralasan, tanda-tanda akhir dunia seperti ini terjadi karena gerhana berlangsung secara berurutan. Ada empat gerhana bulan yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir, mulai dari 15 April 2014, 8 Oktober 2014, 4 April 2014, dan 28 September 2015.
Menurut pandangan mereka, setelah gerhana bulan total terlama terjadi, kemungkinan besar akan ada kejadian-kejadian yang menandakan Bumi akan menuju kehancuran.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: