Sukses

Dimension Data Pegang Peran Transformasi Digital untuk Tour de France

Transformasi digital yang dimaksud adalah melibatkan analisis data pertandingan yang digabungkan dengan machine learning untuk membuat prediksi jalannya kompetis

Liputan6.com, Jakarta - Transformasi digital tak dimungkiri telah menjangkau seluruh bidang, tak terkecuali olahraga.

Salah satu yang mulai melakukan perubahan digital adalah Amaury Sport Organisation (A.S.O) sebagai penyelanggara Tour de France.

Sejak 2015, A.S.O bekerja sama dengan Dimension Data untuk membuat pertandingan Tour de France tampil lebih memikat. Tak hanya itu, kerja sama ini juga diharapkan mampu menarik minat generasi muda.

"Kami diminta untuk melakukan transformasi digital ke dalam pertandingan sejak 2015," tutur Country General Manager Dimension Data Hendra Lesmana saat bertemu dengan awak media di Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Transformasi digital yang dimaksud adalah melibatkan analisis data pertandingan yang digabungkan dengan machine learning untuk membuat prediksi jalannya kompetisi.

"Jadi, setiap sepeda peserta kini dilengkapi dengan sensor yang dapat mengirimkan data, lalu data itu diolah untuk ditampilkan ke publik," tuturnya.

Selain data pembalap, pengolahan data juga dilakukan dengan mengambil informasi seputar wilayah balapan atau geospasial. Gabungan keduanya dapat dimanfaatkan untuk membuat prediksi jalannya pertandingan.

"Kami memanfaatkan machine learning untuk memprediksi juara dengan sejumlah data yang dikumpulkan. Akurasi dari prediksi ini mencapai 70 persen," ujar Hendra menjelaskan.

Setelah itu, data yang sudah diolah tersebut mulai ditampilkan ke media sosial, televisi, maupun kanal streaming. Transformasi digital ini pun sudah menuai hasil.

Dari laporan terbaru, total kunjungan ke situs web Tour de France meningkat 15 persen per tahun. Selain itu, jumlah penonton online juga meningkat dari 6 juta saat 2014 menjadi 71 juta di tahun lalu.

Berdasakan laporan itu diketahui, penonton muda lebih menyukai konten digital ketimbang siaran tradisional. Salah satu alasannya adalah pengalaman lebih dalam dan detail yang disuguhkan oleh layanan digital.

"Karena itu, kami menawarkan data-data yang real-time pada para penonton. Mulai dari kecepatan pebalap maupun posisinya, dan informasi itu dapat diakses langsung dari situs," tuturnya.

Di tahun ini, perusahaan juga menyertakan sistem analisis prediktif untuk melindungi data dari serangan siber. Berbekal dukungan NTT Security, Dimension Data dapat mengantisipasi serangan siber yang mungkin terjadi.

2 dari 3 halaman

Tantangan yang Dihadapi Dimension Data

Kendati demikian, bukan berarti upaya Dimension Data melakukan digitalisasi pertandingan Tour de France berjalan mudah.

Sejak awal, A.S.O sudah memiliki aturan yang cukup ketat seputar pertandingan.

"Salah satu yang menjadi tantangan adalah membuat sensor yang cukup ringan dan diletakkan di sepeda. Sebab, A.S.O mensyaratkan sensor itu harus seringan mungkin," ujar Hendra.

Akhirnya, setelah pengembangan, perusahaan yang bermarkas di Afrika Selatan itu berhasil membuat sensor yang sangat ringan. Hendra menuturkan, bobot sensor tersebut tidak sampai 100 gram.

Tantangan lain adalah data yang dikumpulkan terbilang banyak, mengingat dalam satu pertandingan ada sekitar 160 pembalap. Sementara data yang ditampilkan harus mencakup seluruh peserta secara detail.

Terlebih, ajang ini digelar berpindah-pindah, sehingga memerlukan upaya yang cukup tinggi untuk membuat pusat data dapat menyesuaikan dengan lokasi balapan.

"Namun, sejak tahun lalu, kami sudah menerapkan pemrosesan data yang dilakukan di layanan cloud Dimension Data, sehingga prosesnya tidak terlalu merepotkan," tutur pria lulusan National University of Singapore ini.

Lebih lanjut ia menuturkan, data pertandingan yang ditampilkan juga harus mendapat persetujuan dari A.S.O dan tim pembalap yang bersangkutan, sebelum akhirnya dipublikasikan.

3 dari 3 halaman

Alasan Memilih Tour de France

Lantas, apa yang membuat Dimension Data tertarik membuat transformasi digital di ajang Tour de France?

Alasannya, menurut Hendra, karena balap sepeda merupakan cabang olahraga yang tertinggal dalam hal transformasi digital.

"Dibandingkan olahraga lain, balap sepeda sebenarnya tertinggal dalam hal transformasi digital. Padahal, olahraga ini memiliki tantangan yang lebih berat," tuturnya.

Di sisi lain, petinggi Dimension Data ternyata penggemar berat olahraga balap sepeda, utamanya Tour de France.

Oleh sebab itu, mereka tidak berpikir panjang saat diminta untuk melakukan transformasi digital di ajang ini.

"Kalau dikumpulkan para petinggi Dimension Data seluruhnya, mungkin mayoritas olahraga yang disukai adalah bersepeda," ujar Hendra mengakhiri pembicaraan.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: