Liputan6.com, Jakarta - Penurunan saham Facebook sebesar 19 persen pada penutupan perdagangan Kamis (26/7/2018), dinilai memberikan tekanan kepada Instagram untuk mendapatkan lebih banyak pengiklan yang telah lama meraih sukses di Facebook.
Para investor mengandalkan pendapatan dari Instagram untuk mengatasi melambatnya penggunaan layanan inti Facebook.
Instagram dan Facebook merupakan dua media sosial populer. Menurut empat pembeli iklan, jumlah iklan keduanya tidak jauh berbeda, tapi dengan perbedaan harga yang cukup jauh.
Advertisement
Harga iklan di Instagram setengah daripada Facebook karena keterbatasan jumlah pengiklan yang bersaing untuk mendapatkan tempat di Instagram.
Baca Juga
Para investor disebut mengandalkan pendapatan dari Instagram untuk mengatasi menurunnya penggunaan aplikasi Facebook. Namun, celah yang harus diisi Instagram semakin lebar daripada perkiraan.
Pangsa pasar Facebook turun 19 persen pada penutupan perdagangan Kamis, mengakibatkan perusahaan kehilangan US$ 120 miliar.
Dilaporan The New York Times, penurunan ini terjadi setelah pendapatan kuartal II yang mengecewakan, serta karena perusahaan memperingatkan tentang perlambatan tajam dalam pertumbuhan penjualan di kuartal-kuartal mendatang, bersamaan dengan meningkatnya pengeluaran untuk peningkatan keamanan dan privasi.
Terlepas dari harapan para investor terhadap Instagram, mereka tidak bisa mengandalkan layanan itu sepenuhnya.
Menurut pendiri agensi pembelian iklan Hawke Media, Erik Huberman, para pengguna Instagram tidak terbiasa mengklik tautan di dalam unggahan, sehingga kurang efektif menghasilkan pembelian online daripada Facebook.
Ia menilai data tentang penayangan iklan Instagram masih kurang dibandingkan Facebook. "Ada masalah mendasar dengan platform itu, yang berarti semua tipe pemasar modern akan ragu-ragu untuk meningkatkan belanja di Instagram," kata Huberman.
Pengiklan Terhalang Tuntutan Kreativitas di Instagram
Menurut beberapa pembeli iklan, sejumlah pengiklan setia Facebook melihat hasil yang lebih rendah di Instagram.
Sebagian lain terhalang tingginya tuntutan konten yang menarik di Instagram dan ketidaknyamanan mereka terhadap layanan baru.
"Banyak bisnis tidak beriklan di Instagram karena mereka tidak punya konten untuk 'bermain' di Instagram," tutur Direktur Periklanan di Social Outlier, David Herrmann. Social Outlier menghabiskan hampir US$ 15 juta setiap kuartal untuk beriklan di Facebook mewakili para kliennya.
Instagram merupakan layanan milik Facebook dengan pertumbuhan paling cepat, tapi jumlah pengiklan bulanannya masih di bawah Facebook.
Namun, seiring pertumbuhan iklan Instagram, rata-rata harga per iklan di seluruh aplikasi milik Facebook telah menurun dalam dua kuartal berturut-turut.
Adapun menurut laporan Reuters, pihak Instagram dan Facebook menolak mengomentari laporan ini.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement