Liputan6.com, Jakarta - Rencana Google merilis mesin pencari yang disensor untuk Tiongkok menimbulkan kontroversi. Para politisi, pengguna Google, bahkan sejumlah karyawan Google mengecam rencana tersebut.
Mesin pencari tersebut akan hadir dalam bentuk sebuah aplikasi khusus yang bisa digunakan di Tiongkok, tapi hasil pencarian yang dianggap bertentangan dengan regulasi setempat akan dihapus atau tidak ditampilkan.
Pihak Google sejauh ini belum memberikan bantahannya dan seorang perwakilan perusahaan mengatakan, "Kami tidak mengomentari spekulasi tentang berbagai rencana masa depan".
Advertisement
Baca Juga
Dilansir Business Insider, Jumat (3/8/2018), rencana kehadiran mesin pencari itu memicu perdebatan di kalangan internal Google. Beberapa karyawan menunjukkan kebingungan dan kemarahan mereka tentang mesin pencari tersebut.
Dalam sebuah grup chat karyawan Google, seorang karyawannya mengatakan situasi tersebut sebagai "the new Maven,".
Istilah "the new Maven" merujuk pada kontroversi di dalam perusahaan beberapa waktu lalu tentang kerja sama Google dengan militer Amerika Serikat (AS).
Langkah baru Google ini berbanding terbalik dengan sikap perusahaan beberapa tahun silam. Google pada 2010 memutuskan menarik layanan pencariannya dari Tiongkok karena tidak mau menyensor hasil pencarian.
Mesin Pencari Khusus Tiongkok Terus Diprotes
Isu tentang rencana Google ini pun mendapat sorotan dari Senator AS untuk Florida, Marco Rubio.
"Kita mempercayainya sampai ada lebih banyak bukti. Namun, membaca bagaimana Google berencana membantu Tiongkok membuat mesin pencari yang disensor, sangat mengganggu,"Â tulis Rubio di akun Twitter resminya.
Ia menambahkan, "Mereka tidak ingin membantu Departemen Pertahanan untuk membuat kita tetap aman, tapi mereka akan membantu Tiongkok menekan kebenaran?"
Pernyataan Rubio mengacu pada pernyataan Google baru-baru ini, tidak akan pernah membuat alat kecerdasan buatan untuk senjata atau program yang dapat menyebabkan kerugian.
Pada awal tahun ini, seseorang di internal Google membocorkan sejumlah dokumen yang memperlihatkan perusahaan menyediakan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu Pentagon.
Teknologi itu digunakan untuk menganalisa rekamanan video dari drone, sebagai bagian dari program bernama Project Maven.
Ribuan karyawan keberatan dan menandatangani petisi, menuntut Google mengakhiri hubungan dengan Pentagon dan berjanji tidak menggunakan kecerdasan buatan sebagai senjata.
Sejumlah karyawan berhenti sebagai bentuk protes. Tekanan yang besar itu membuat Google akhirnya memutuskan untuk tidak memperbarui kontraknya dengan Pentagon.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement