Liputan6.com, Jakarta - Grab kembali mengumumkan pendanaan putaran terbaru. Dalam tahap kali ini, pendanaan yang didapat Grab berjumlah sangat besar.
Tercatat, total investasi yang diperoleh senilai US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 28 triliun.
Investasi yang dikucurkan dari berbagai institusi keuangan tersebut menjadi bentuk kepercayaan kalau Grab bisa tumbuh lebih besar lagi. Investor juga menilai Grab memiliki kemampuan menggali potensi pertumbuhan di wilayah operasionalnya.
Advertisement
Baca Juga
“Kini, Grab merupakan platform O2O terkemuka yang memungkinkan jutaan konsumen dan wirausahawan untuk masuk ke ranah daring dan mendorong ekonomi digital di Asia Tenggara," ujar President Grab Ming Maa dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Jumat (3/8/2018).
"Kami melihat besarnya minat dari para investor dan mitra strategis di ranah global yang menunjukkan ketertarikan untuk bermitra dengan kami guna meraih pertumbuhan pesat di wilayah ini,” lanjutnya.
Ke depannya, Grab bakal memakai dana tersebut untuk memperluas jangkauan layanan O2O yang tersedia di Asia Tenggara untuk menjadi aplikasi prioritas pengguna.
Secara spesifik, perusahaan juga bakal menggunakan sebagian besar dari dana saat ini untuk meneruskan investasi di Indonesia.
Sekadar informasi, Grab saat ini telah mengantongi lebih dari 7,1 juta wirausahawan mikro pada platform-nya, di mana lebih dari separuhnya berada di Indonesia.
Grab juga telah bermitra dengan dompet digital Ovo untuk mengimplementasikan transaksi non-tunai.
Adapun layanan pesan antar makanan GrabFood juga telah tumbuh drastis dan melayani 28 kota dan berkembang ke kota-kota lain di seluruh Indonesia.
Grab Akuisisi Uber
Pada April 2018, Grab telah mengakuisisi layanan operasional Uber di Asia Tenggara.
Mulai saat itu, aplikasi dan semua jenis layanan Uber akan ditutup serempak di wilayah tersebut, termasuk Indonesia. Dengan demikian, layanan operasional di seluruh Asia Tenggara akan berjalan di bawah kuasa Grab.
Kita tahu kalau kiprah Uber di Asia Tenggara tidak semulus pesaingnya seperti Grab dan Go-Jek.
Namun demikian, apa yang sesungguhnya memotivasi Grab untuk mengakuisisi Uber? Mengingat bisnis Uber loyo dan malah diakuisisi, apa memang ada keuntungan mutlak yang didapatkan Grab?
Seperti disampaikan Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, akuisisi Grab terhadap Uber diklaim sebagai aksi korporasi terbesar untuk perusahaan internet di Asia Tenggara, bahkan mencetak rekor di sepanjang sejarah perusahaan.
Lantas, kata Ridzky, jenis keuntungan yang didapat justru merupakan kesempatan untuk melebarkan volume layanan yang lebih besar ke seluruh wilayah Asia Tenggara.
"Efisiensi itu penting, apalagi dengan volume yang kami punya setelah akuisisi Uber selesai. Terlebih, akses kita dengan mitra di Asia Tenggara tentu akan semakin menjadi kuat. Volume kami banyak, sedangkan Uber masih sedikit," ujar Ridzki kepada Tekno Liputan6.com di kantor Grab Indonesia, Jakarta, Jumat (6/4/2018).
"Kami secara regional sudah enam tahun di Asia Tenggara. Market experience kami di Asia Tenggara juga besar, tentu kami memiliki pemahaman pasar Asia Tenggara yang lebih baik," sambungnya menjelaskan.
Ridzki berkata, dengan bergabungnya Uber, pihaknya bisa dengan cepat memberikan layanan dan inovasi terbaik di Asia Tenggara.
Grab juga memiliki norma serta preferensi yang unik dan berbeda dari masing-masing negara, di mana perusahaan punya atensi kepada kebutuhan lokal.
Selain itu, dengan diakuisisinya Uber, masyarakat juga mendapat keuntungan yang lebih pasti karena bisa mengakses Grab di semua negara Asia Tenggara, yang juga hadir pada lebih dari 195 kota.
"Indonesia juga terbesar, ada di 120 kota mulai dari Banda Aceh sampai ke Jayapura," imbuhnya.
Ridzki juga menjamin, keuntungan lain yang didapatkan Grab antara lain produktivitas teknologi yang membuat layanan Grab semakin seamless dan praktis untuk digunakan.
Produktivitas yang dimaksud adalah teknologi Machine Learning untuk membuat aplikasi Grab semakin lebih baik.
"Kita ada enam pusat riset dan pengembangan (Research and Development, R&D) di enam negara, ada di Seattle, Beijing, Jakarta, Bengaluru, Vietnam, dan Singapura. Dengan proses akuisisi Uber, kita juga open terhadap karyawan yang ingin menjadi tenaga ahli di masing-masing wilayah," tukas Ridzki.
Advertisement
Bagaimana dengan Nasib Karyawan Uber?
Kalau nasib pengemudi Uber sudah jelas--ditawarkan untuk pindah ke Grab, lalu bagaimana dengan para karyawan?
Karyawan Uber, ternyata juga dipastikan menerima tawaran untuk hijrah ke Grab. Sayang, Ridzki tidak mengungkap berapa total karyawan Uber--khususnya di Indonesia--yang pindah ke Grab.
"Untuk karyawan Uber di Asia Tenggara, mereka akan diproses untuk jd bagian dari Grab. Sebetulnya, karyawan Uber bisa bebas mau ke mana aja, cuma Grab melakukan komunikasi secara intensif dengan pihak Uber untuk memberikan proses transisi secepat mungkin untuk menjadi bagian dari kami," tutup Ridzki.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: