Sukses

Pendapatan Meroket, Snapchat Malah Kehilangan 3 Juta Pengguna

Induk aplikasi Snapchat, Snap, menyebut selama kuartal dua 2018, aplikasi obrolan video itu kehilangan 3 juta pengguna harian.

Liputan6.com, Jakarta - Induk usaha Snapchat, Snap, menyebut selama kuartal dua 2018, aplikasi obrolan video itu kehilangan 3 juta pengguna harian (daily active user atau DAU).

Sebagaimana dikutip Phone Arena, Jumat (10/8/2018), Snapchat kini memiliki 188 juta pengguna harian.

Persaingan dengan Instagram disebut-sebut kian ketat dalam mengambil hati para pengguna. Sejauh ini, Instagram juga dituding menjiplak sejumlah fitur milik Snapchat, terutama Stories.

Masalahnya, alih-alih kesal dan meninggalkan Instagram gara-gara menjiplak fitur Snapchat, pengguna malah menggemari Stories. Mereka bahkan menganggap fitur Stories Instagram lebih baik.

Berdasarkan data pada periode yakni April hingga Juni 2018, pedapatan Snap mengalami peningkatan 44 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total pendapatan Snapchat selama tiga bulan terakhir sebanyak US$ 262 juta.

Pendapatan tersebut melampaui perkiraan Wall Street yang ditaksir mencapai angka US$ 250 juta.

Sebelumnya, analis di Wall Street juga menaksir nilai saham Snap bakal anjlok 17 sen per saham. Snap dalam laporannya menyebut, nilai saham anjlok 14 sen per sahamnya. Angka ini tentu di luar perkiraan para analis Wall Street.

Founder sekaligus CEO Snapchat Evan Spiegel pun disalahkan karena hal ini. Dia menduga, penurunan jumlah pengguna harian Snapchat disebabkan karena desain baru Snapchat yang diimplementasikan sejak awal 2018.

Para pengguna disebut-sebut sangat kesal gara-gara perubahan desain Snapchat. Bahkan, sebagian membuat petisi di laman petisi online Change.org, meminta tampilan lama dikembalikan.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Bos Snapchat

Snap bukan hanya memiliki aplikasi Snapchat tetapi juga kacamata perekam video bernama Spectacles.

Sepanjang kuartal ini, Snap juga meluncurkan lini terbaru kacamata perekam video HD dan perlindungan dari air. Kacamata tersebut dijual seharga US$ 149,99 atau setara Rp 2,1 jutaan.

Dalam pernyataannya, Evan Spiegel mengatakan, sudah enam bulan terakhir ini perusahaan memperluas penyebaran desain baru aplikasi Snapchat.

"Kami telah bekerja keras untuk memperbaiki dan meningkatkan Snapchat berdasarkan feedback dari pengguna dan komunitas kami. Kami merasa telah mengatasi kesulitan terbesar dengan membuat peningkatan produk," katanya.

Sebelumnya, Wall Street mengabaikan adanya penurunan pengguna dan fokus pada kinerja keuangan Snap yang lebih baik dari perkiraan. Setelah laporan dirilis, harga saham Snap pun naik dari US$ 13,20 dari US$ 13,12.

3 dari 3 halaman

Pendiri Snapchat Tersanjung Fiturnya Disontek Facebook

Sudah bukan rahasia lagi kalau Facebook kerap ketahuan menyontek fitur yang dimiliki Snapchat. Meski tak mengaku menyontek, fitur Snapchat kini sudah hadir di Instagram--yang notabene sudah menjadi milik Facebook. 

Kendati demikian, hal mengejutkan keluar dari pernyataan CEO Snapchat Evan Spiegel terkait hal tersebut. Dalam acara tahunan Code Conference Recode baru-baru ini, Spiegel mengaku dirinya ternyata tak masalah fitur layanannya disontek Facebook.

Bahkan, ia mengaku tersanjung karena Facebook meniru fitur yang ada di layanannya. Lebih lanjut ia menuturkan, meski Facebook meniru fitur populer yang ada di platform-nya, bukan berarti perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu lebih unggul.

"Snapchat bukan hanya sekadar fitur, platform ini memiliki dasar filosofis yang melawan media sosial tradisional," tuturnya seperti dikutip dari Recode, Rabu (30/5/2018).

Ia pun menyebut layanan semacam Snapchat yang membuat media sosial tradisional merasa terancam.

Spiegel menuturkan, pada dasarnya seseorang tak senang berkompetisi dengan temannya untuk mendapatkan 'Likes' dan perhatian. Hal itu, menurutnya, merupakan hal yang tak begitu menyenangkan dan bagus.

Karena itu, Snapchat memilih untuk tidak memiliki fitur 'Likes' semacam itu. Suami Miranda Kerr ini mengaku sejak awal mendorong Snapchat sebagai platform komunikasi ketimbang sekadar platformberbagi dengan orang banyak.

Nilai ini, menurut Spiegel, berbeda dari format yang dimiliki Facebook sebagai sebuah media sosial. Hal ini pula yang membuat Snap masih bisa bertahan, meski Facebook dapat meniru fitur yang dimiliki layanannya.

"Pada dasarnya, sangat sulit bagi mereka (Facebook) untuk mengubah DNA-nya, yakni membuat orang berkompetisi dengan orang lain secara online untuk mencari perhatian. Nilai kami sangat sulit ditiru," tutur ayah satu anak tersebut.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: