Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Donald Trump menyerang Google melalui cuitan di akun Twitter-nya baru-baru ini. Dalam cuitan tersebut, Trump menuduh Google menampilkan fake news (berita palsu) pada hasil pencarian utama.
Google pun membantah tudingan yang dialamatkan orang nomor satu Amerika Serikat itu.
Dikutip Tekno Liputan6.com dari ABC News, Rabu (29/8/2018), dalam cuitannya Trump menilai, hasil pencarian Google cenderung mencurangi dirinya dan orang-orang di partai konservatif lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Trump juga menuding, 96 persen hasil pencarian untuk berita-berita terkait dirinya berasal dari 'media sayap kiri' alias media yang tidak mendukungnya. Kendati begitu, dia tidak menyebutkan media mana yang dimaksud.
Tudingan Trump ini, tampaknya mengacu pada berita yang diterbitkan oleh perusahaan media konservatif PJ Media. Media menuliskan, 96 persen hasil pencarian Google untuk Trump berasal dari media-media liberal.
Lebih lanjut, Trump juga mengatakan Google dan beberapa perusahaan teknologi lainnya sengaja menyembunyikan informasi dan berita-berita bagus. "Mereka mengendalikan apa yang bisa dan tidak bisa kita lihat. Ini adalah kondisi serius yang harus ditangani," kata Trump.
"Saya merasa, Google mengambil keuntungan dari banyak orang dan saya rasa, itu hal serius dan perlu ditangani," kata suami Melania itu.
Tidak berhenti, Trump juga mengklaim ada ribuan keluhan datang dari platform media sosial. "Saya pikir Google, Twitter, dan Facebook melangkah di wilayah yang berbahaya, seharusnya mereka lebih hati-hati. Ini tidak adil untuk sebagian penduduk," ujarnya.
Tolak Tudingan Presiden
Juru bicara Google menolak tudingan presiden. Dia menyatakan, algoritma mesin pencari Google tidak mempertimbangkan politik apapun.
"Saat pengguna mengetikkan pertanyaan ke mesin pencari Google, tujuan kami memastikan mereka menerima jawaban paling relevan dalam hitungan detik," kata juru bicara Google.
Dia menegaskan, pencarian tidak terkait dengan agenda politik. "Hasil pencarian kami tidak bias terhadap ideologi politik," katanya.
Google, menurutnya, terus meningkatkan hasil pencarian dan tidak pernah sekalipun memberi peringkat hasil penelusuran untuk manipulasi sentimen politik.
Advertisement
Upaya Google Perangi Berita Palsu
Lucunya, cuitan Trump justru datang saat perusahaan teknologi seperti Google dan Facebook mengguyurkan lebih banyak investasi untuk memerangi informasi palsu.
Sebelumnya, Alphabet menyebut Maret lalu menghabiskan USD 300 juta untuk memerangi konten palsu di platform Google Search dan YouTube.
"Kami fokus memerangi informasi palsu. Aktor yang buruk sering menargetkan berita di platform Google, memungkinkan orang terpapar konten tidak akurat," kata Wakil Presiden Produk Berita untuk Google Search Richard Gringas.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: