Sukses

Jepang Siap Bangun Lift ke Luar Angkasa

Sebagai langkah awal, perusahaan Jepang bernama Obayashi akan mulai melakukan uji coba pada pekan depan.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana perusahaan Jepang yang berencana akan merilis lift ke luar angkasa ternyata tidak sekadar main-main.

Hal itu dibuktikan dengan melakukan uji coba lebih dulu yang dijadwalkan mulai pada pekan depan. 

Dalam uji coba ini, perusahaan bernama Obayashi  iniakan menciptakan simulasi perpindahan di luar angkasa. Untuk melakukannya, akan dua satelit mini yang dliuncurkan ke International Space Station (ISS).

Dikutip dari Express, Kamis (6/9/2018), dua satelit ini nantinya akan dilepas dari ISS pada 11 September 2018.

Usai dilepas dari ISS, akan ada kontainer kecil bermotor yang dapat bergerak bolak-balik.

Dua satelit kecil ini akan saling ditambatkan dengan kabel baja sepanjang 10 meter sebagai simulasi pergerakan di luar angkasa. Menurut perusahaan, ini kali pertama uji pergerakan lift dilakukan di luar angkasa.

Perpindahan kontainer bermotor ini akan dipantau melalui kamera yang ada di satelit. Meski baru sebatas uji coba, langkah awal tersebut dianggap penting sebagai bagian dari mimpi untuk membangun sebuah lift luar angkasa.

Sekadar informasi, uji coba dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Universitas Shizouka. Adapun ide pembuatan lift luar angkasa ini dicetuskan oleh Obayashi pada 2014. 

Rencananya, lift ini ditargetkan dapat beroperasi pada 2050. Lift akan dibangun dengan panjang 960 ribu kilometer agar bisa mencapai luar Bumi.

Perusahaan tersebut menyebut akan memanfaatkan teknologi karbon nanotube yang 20 kali lebih kuat dari baja. Menurut perkiraan, waktu tempuh dari Bumi ke luar angkasa dengan lift ini sekitar tujuh hari.

 

2 dari 3 halaman

Jepang Gandeng NASA Bangun Stasiun Luar Angkasa di Bulan

Sebelumnya, Badan Antariksa Jepang (JAXA) dikabarkan tengah memasuki tahap negosiasi kerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk sebuah proyek pembangunan stasiun luar angkasa baru di Bulan.

Rencananya, pembangunan stasiun ditujukan untuk mengirim astronot Jepang dan Amerika Serikat ke permukaan Bulan.

Upaya kerja sama ini diklaim JAXA sebagai salah satu langkah Jepang untuk selangkah lebih maju dalam bidang antariksa. Karena itu, JAXA memilih NASA sebagai salah satu Badan Antariksa negara maju untuk mengembangkan proyek ini.

Sebelumnya, Rusia juga memutuskan untuk bekerja sama dengan NASA dalam membangun stasiun luar angkasa baru.

Tujuannya sama seperti Jepang, ingin memajukan industri antariksa di negaranya. Rencananya, stasiun luar angkasa milik Negeri Beruang Merah tersebut akan rampung pada 2020.

Rencana kemitraan JAXA dan NASA sendiri sudah tertuang dalam laporan pemerintah dan proposal soal peta jalan kebijakan luar angkasa pemerintah Jepang yang sudah direvisi. Proposal dikirimkan ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Pengetahuan, dan Teknologi Jepang.

Jika tak ada kendala, proyek pembangunan stasiun Bulan akan berjalan pada akhir 2017. Demikian dikutip Asia Nikkei pada Minggu (10/12/2017).

Belum banyak informasi yang bisa diungkap dari proyek pembangunan stasiun Bulan milik JAXA ini. Hanya diketahui, dana yang akan digelontorkan pemerintah Jepang untuk membangun stasiun tersebut tentu akan sangat besar.

3 dari 3 halaman

Kirim Manusia ke Bulan Pada 2030

Dengan dibangunnya stasiun Bulan, JAXA dengan demikian akan mengirim astronot ke Bulan pada 2030.

Mereka juga telah mengembangkan beragam teknologi yang akan dibutuhkan untuk misi ke bulan, dan persiapannya akan dimulai pada 2025.

Rincian misi ke bulan ini baru akan dibeberkan sebelum perhelatan International Space Exploration Forum di Jepang pada Maret 2018.

Rencana ini menandai pertama kalinya JAXA mengungkap misi pengiriman manusia ke bulan kepada publik. Namun, kabarnya misi ini merupakan salah satu upaya Jepang untuk menggali ilmu pengetahuan, termasuk biaya dan waktu yang diperlukan untuk mengirim manusia ke sana.

Tak hanya Jepang, Tiongkok juga mendeklarasikan misi pengiriman pesawat ulak-alik ke bulan pada 2020, dan manusia ke bulan dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, India juga punya rencana serupa pada pertengahan 2017.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â