Sukses

Tak Disangka, Bill Gates Bisa Kaya Raya Berkat Mesin Lambat Ini

Saat pertama kali Bill Gates mengoperasikan perangkat komputer, mesin yang ia ciptakan ternyata sangat besar, lambat, dan dinilai tak layak pakai.

Liputan6.com, Jakarta - Jika ingin sukses menggapai puncak karier, ada satu keahlian yang harus kamu kuasai. Hal ini sudah terbukti pada orang terkaya dunia sekaligus pendiri Microsoft, Bill Gates.

Keahlian itu, tak lain adalah keterampilan mengoperasikan komputer.

Dilansir CNBC, Rabu (12/9/2018), Bill Gates mulai berkecimpung di pemrograman komputer sejak berusia 13 tahun. Kegiatan ini dilakukan ketika sekolahnya mendapatkan terminal komputer untuk pertama kali.

Dan tak disangka, saat pertama kali ia mengoperasikan perangkat komputer, mesin yang ia ciptakan ternyata sangat besar, lambat, dan dinilai tak layak pakai.

“Dulu, mesinnya besar dan lamban. Malah tak ada layar. Tapi, saya keranjingan,” kata Bill Gates.

Pria kutu buku ini lantas menghabiskan banyak waktu untuk belajar komputer, mulai dari meretas sampai membuat kode. Pengenalan komputer ini mengubah kehidupannya.

Puluhan tahun kemudian, Bill Gates percaya bahwa keterampilan dasar untuk mengoperasikan komputer bermanfaat bagi banyak orang, terutama untuk karier.

“Semua orang bisa mengambil manfaat dari pelajaran komputer dasar,” tambahnya.

Gates mengatakan, keterampilan ini sangat bermanfaat untuk perkembangan karier. Keterampilan tersebut bisa menjawab kebutuhan data dan cara penyelesaian tugas.

Pernyataan ini juga diamini oleh istri Gates, Melinda Gates. Melinda mengatakan literasi komputer sangat diperlukan dan itu adalah keterampilan yang penting. Ilmu komputer punya kekuatan untuk mengubah dunia.

“Semakin banyak kami mendorong banyak orang untuk tertarik pada teknologi, semakin baik masa depan itu,” tandas Melinda.

2 dari 3 halaman

Sebelum Dirikan Microsoft, Bill Gates Ternyata Ingin Jadi Guru Matematika

Sebelum Microsoft sukses di tahun 1980-an, salah satu pendirinya, yakni Bill Gates, rupanya sempat mengalami rasa minder.

Ya, salah satu orang terkaya di dunia ini sempat merasa tidak percaya diri. Dia bahkan punya ketakutan bisnisnya tidak akan berjalan dengan lancar.

Hal ini dikisahkan Gates di depan mahasiswa Harvard bulan lalu. "Bahkan, pikiran bahwa Microsoft akan menjadi perusahaan besar, tidak pernah terpikirkan," kata Gates sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari CNBC, Selasa (22/5/2018).

Gates mengakui dirinya adalah orang yang introvert dan antisosial. Alih-alih bercita-cita jadi programmer terkemuka, Gates bercerita dirinya ingin jadi pengajar Matematika.

"Ketika di SMA, saya berpikir bahwa saya adalah murid yang baik. Makanya saya ingin menjadi pengajar (guru) atau profesor di bidang Matematika," tutur Bill Gates.

Dia mengatakan, sangat memiliki ketertarikan pada disiplin Matematika, terutama terkait dengan persoalan Matematika.

"Ada soal yang sulit dipecahkan dan saya suka soal yang sulit," ucap suami Melinda Gates itu.

Namun, banyak hal berubah setelah seorang teman yang juga mitra Bill Gates, yakni Paul Allen, meyakinkan Gates untuk serius menekuni bidang programming computer.

3 dari 3 halaman

Ke Luar dari Zona Nyaman

Gates menyebut dirinya tidak pernah berencana akan berkarier di dunia teknologi ataupun bisnis. Namun, Allen menantang Gates untuk keluar dari zona nyamannya.

Meskipun Allen tidak berkuliah di Harvard dengan Gates, keduanya bekerja di perusahaan software Honeywell sebagai programmer komputer pada 1974.

Ketika komputer personal (PC) pertama di dunia rilis akhir tahun itu, Allen menyarankan Gates untuk mencoba sesuatu yang berbeda.

"Kalau kamu pikir kamu sangat pintar, bisakah kamu mencari tahu tentang komputer ini?" tanya Allen saat itu.

Gates pun menjawab, "Saya menjawab, ya, saya bisa."

Setelah melihat mikroprosesor komputer tersebut, Gates dan Allen memutuskan untuk drop out dari kampus dan benar-benar membangun Microsoft.

"Ini adalah waktunya untuk drop out dan benar-benar mengembangkan Microsoft sebagai yang pertama dalam bisnis ini," kata Gates.

Tentunya, keputusan keduanya benar-benar membutuhkan mental yang kuat.

"Kamu tahu, beralih ide dari menjadi pengajar ke CEO, manajer, pemimpin, berkembang tiap waktu," ujar pria 62 tahun ini.

Reporter: Arie Dwi Budiawati

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: