Sukses

Asyik, Pencarian Lama di Google Kini Tak Perlu Diketik Lagi

Google menghadirkan fitur di mana query pencarian lama nantinya tak perlu diketik lagi oleh pengguna.

Liputan6.com, Jakarta - Kamu pasti pernah dalam kondisi seperti ini: ingin mencari suatu informasi di mesin pencarian Google, lalu setelahnya lupa, dan beberapa hari kemudian ingin mencari topik yang sama padahal sudah lupa.

Google, pada kenyataannya paham dengan situasi tersebut. Karenanya, untuk memudahkan pengguna, raksasa teknologi asal Negeri Paman Sam ini menghadirkan fitur di mana query pencarian lama nantinya tak perlu diketik lagi oleh pengguna.

Pengguna pun tak perlu repot harus mengingat kata kunci apa yang hendak dicari.

Alih-alih, pencarian tersebut akan hadir dalam fitur activity card yang tinggal diakses langsung.

Sebetulnya, pengguna bisa saja beralih ke search history untuk mengintip pencarian lama yang telah diakses.

Namun untuk beranjak ke search history, tentunya membutuhkan waktu dan sedikit effort. Karenanya, Google ingin memudahkan ini dengan menggulirkan fitur activity card langsung di laman mesin pencarian.

"Activity card khusus untuk pencarian lama ini, nantinya akan membantu pengguna kembali menge-track pencarian yang telah dilakukan," ujar Google seperti dikutip Ubergizmo, Rabu (26/9/2018).

"Kartu-kartu ini akan memperlihatkan pencarian lama relevan yang pernah dikunjungi pengguna. Fitur tersebut diharapkan bisa membantu mereka ketika lupa situs mana yang pernah dikunjungi sebelumnya," lanjutnya.

 

2 dari 3 halaman

Google Siapkan Mesin Pencari Khusus di Tiongkok Bernama Dragonfly?

Setelah ditolak di Tiongkok, Google dikabarkan tengah mengembangkan sebuah mesin pencari yang dilengkapi sensor khusus untuk pengguna di Tiongkok.

Pengembangan mesin pencari yang dilengkapi sensor khusus ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan yang diajukan pemerintah Tiongkok. Demikian sebagaimana dilaporkan The Intercept.

Seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Softpedia, Selasa (18/9/2018), mesin pencari dengan sensor khusus yang dimaksud adalah Dragonfly yang dibuat oleh Google for China.

Mesin pencari di Android ini secara otomatis akan menghubungkan permintaan pencarian pengguna ke nomor telepon mereka.

Dengan demikian, hal ini memungkinkan pemerintah untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh setiap warga negaranya di internet.

Aktivis HAM Cynthia Wong mengatakan, mesin pencari Google ini merupakan masalah pelik dalam hal privasi.

"Hal ini akan memungkinkan adanya pelacakan dan profiling perilaku seseorang dengan lebih detail. Selain itu, menghubungkan pencarian ke nomor telepon akan membuat orang lebih sulit menghindar dari pengawasan berlebihan oleh pemerintah Tiongkok," kata Wong.

Mesin pencari baru yang dirancang Google agar bisa masuk ke Tiongkok ini akan memuaskan partai komunis Tiongkok dalam mengontrol apa yang dianggap berbahaya dan yang ingin dihapus.

Mesin pencari Dragonfly juga dilengkapi dengan database bawaan tentang daftar hitam pencarian-pencarian yang tentunya dilarang pemerintah.

3 dari 3 halaman

Tolak Berkomentar

Meski tampaknya mesin pencari ini sudah hampir memenuhi aturan penyesoran Tiongkok, Google menolak berkomentar tentang hal ini.

Selain itu, CEO Google Sundar Pichai juga menolak untuk bersaksi di depan Komite Intelijen Senat AS.

Kehadiran mesin pencari Dragonfly sendiri sudah disebut-sebut sejak beberapa waktu lalu sebagai langkah Google untuk masuk kembali ke Tiongkok.

Padahal sebelumnya, Google mengumumkan telah mematikan mesin pencari Google.cn karena ingin mengambil sikap melawan sensor berat yang dijalankan negeri Tirai Bambu.

Pemerintah Tiongkok pun secara bertahap memblokir layanan Google yang beroperasi di negaranya. Sebut saja, Gmail, Google Maps, Google Translate, dan Google Drive.

Tidak mengherankan Google berupaya untuk lebih ramah terhadap aturan sensor Tiongkok. Apalagi, pada Desember 2017, CEO Sundar Pichai sempat mengunjungi Tiongkok.

Pichai juga sempat bertemu dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Wang Huning dan jajarannya, mengumumkan peluncuran pusat riset artificial intelligence di Beijing.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: