Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan dukungannya untuk peningkatan ekspor melalui e-Commerce. Menurut Menkominfo Rudiantara, peluang ini terbuka dengan kehadiran platform e-commerce yang semakin besar.
Sebagai realisasi dari rencana tersebut, pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) akan bisa memasarkan produk ekspor dari Indonesia ke Tiongkok melalui kerja sama dengan raksasa e-Commerce, Alibaba. Ekspor produk ini sekaligus dalam rangka memanfaatkan momen Single Days 11/11 pada bulan depan di Tiongkok.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Rudiantara, peluang ekspor melalui e-commerce bisa dimanfaatkan oleh UMKM Indonesia.
"Bisa memperluas pasar dan ekspor, salah satunya ke Tiongkok. Saya sudah minta Kementerian Perdagangan dan Bekraf untuk menyiapkan UMKM yang akan bisa mengikuti Singles' Day," jelas Rudiantara ketika menjadi pembicara kunci dalam Indonesia Eximbank Panel Discussion, The Perfect Time To Enhance Emerging Economies Cooperations On Trade, di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa (09/10/2018).
Jika di Amerika Serikat ada Black Friday dan Cyber Monday untuk membuka perdagangan dengan diskon ritel, Singles' Day di Tiongkok digunakan sebagai wahana untuk mempromosikan diskon pengecer pada platform e-commerce sejak 2009.
Peluang ekspor UMKM, menurut Rudiantara, relatif besar karena Tiongkok saat ini adalah pasar e-Commerce ritel terbesar dan paling inovatif di seluruh dunia.
"Retailing online di Tiongkok diperkirakan akan tumbuh dari 17 persen pada 2017 menjadi 25 persen pada 2020. Alibaba mendominasi lingkup e-Commerce di Tiongkok dan di banyak bagian Asia yang menyumbang 1/10 dari total penjualan ritel Tiongkok," tutur Rudiantara.
Meski demikian, pria yang akrab disapa Chief RA itu mengakui ada beberapa tantangan bagi UMKM Indonesia, salah satunya kemampuan untuk menyediakan barang.
"Biasanya volume belanjanya jutaan. Tinggal apakah UMKM kita siap atau tidak," tuturnya.
Negara Berkembang untuk Pertumbuhan e-Commerce
Kemunculan e-Commerce selama satu dekade terakhir dinilai secara radikal mengubah lanskap ekonomi. Terobosan memanfaatkan marketplace global merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan pasar ekspor produk lokal di luar negeri. Rudiantara menilai pasar berkembang penting untuk pertumbuhan e-Commerce.
"Saat ini usaha ritel akan mencapai kejenuhan dalam pertumbuhan. Peluangnya berkembang di e-Commerce. Di Tiongkok, pasar e-Commerce terbesar di dunia, hampir separuh penduduk secara aktif melakukan pembelian online," kata Rudiantara.
Peluang e-Commerce di pasar berkembang seperti Indonesia dinilai sangar besar, karena saat ini juga tengah tumbuh dan berkembang. Rudiantara bahkan memperkirakan tingkat pertumbuhannya akan segera melampaui negara-negara maju pada 2018.
"Sekitar 50 persen dari populasi di pasar negara berkembang akan berbelanja online pada 2018, yang tidak jauh dari penetrasi rata-rata 63 persen di negara-negara maju," ungkapnya.
Mengutip laporan McKinsey, Rudiantara mengatakan hampir tiga perempat dari semua pembeli online Indonesia menggunakan smartphone untuk membeli produk. Hal ini bisa dikembangkan untuk beragam peluang usaha.
Advertisement
Tantangan e-Commerce
Tantangan terbesar e-Commerce di Indonesia, menurut Rudiantara, adalah soal infrastruktur logistik, mekanisme pembayaran, dan infrastruktur. Kendati demikian, ia menilai hal itu dapat diatasi dengan adanya Peta Jalan e-Dagang.
"Kita sudah identifikasi ada tujuh isu, dan semuanya akan diselesaikan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan," ungkapnya.
Menurut Rudiantara, Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla serius untuk membangun konektivitas antar wilayah guna menyiapkan infrastruktur logistik.
"Ada jalan tol, tol laut dan pelabuhan, tol udara, yang akan menghubungkan semua pulau di Indonesia. Termasuk tol informasi yang menghubungkan seluruh Indonesia dengan jaringan internet. Dan akhir 2018, tidak satupun daerah di Indonesia yang tidak terhubung dengan jaringan backbone internet cepat Palapa Ring," kata Rudiantara.
(Din/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: