Liputan6.com, Jakarta - Pada 2016, Kaspersky menemukan malware baru bernama KopiLuwak.
Cara kerjanya cukup unik. Mereka mengirimkan dokumen yang berisi malware dengan macro diaktifkan dan menggunakan malware Javascript baru yang disamarkan.
Saat berhasil menyusup, mereka berubah menjadi makhluk pengintai sistem dan jaringan.
Advertisement
Baca Juga
Pelan tapi pasti, malware ini semakin berevolusi. Hal ini disebabkan oleh Turla. Turla adalah salah satu pelaku kejahatan siber tertua.
Mereka terus bertahan dan secara berkelanjutan melakukan inovasi ancaman dan pendekatan baru, termasuk dengan cara menunggangi malware KopiLuwak.
"Penelitian kami khususnya terhadap kelompok ini selama 2018 menunjukkan bahwa Turla terus berkembang dan bereksperimen. Ini juga menunjukkan pengembangan dan penerapan kode Turla terus berlanjut, sehingga organisasi yang berpotensial dijadikan sebagai target perlu bersiap," jelas Kurt Baumgartner, peneliti keamanan utama di tim GReAT Kaspersky Lab dalam keterangan resminya yang dikutip Merdeka pada Rabu (24/10/2018).
Dilanjutkannya, varian malware lain yang dilancarkan oleh Turla yaitu Carbon dan Mosquito, mereka berhasil ditemukan oleh para peneliti selama 2018.
Para peneliti memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung hipotesis bahwa Turla memanfaatkan jaringan Wi-Fi untuk mengirimkan malware Mosquito kepada target.
Peneliti Kaspersky Lab juga menemukan modifikasi lebih lanjut dari Carbon yang merupakan aksi cyberespionage.
Malware ini ditanamkan di target yang terpilih dengan kepentingan tertentu, dengan kemungkinan akan terjadi modifikasi kode dan berlanjut pada 2019.
Target Turla di 2018 dengan malware ini termasuk Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Eropa Barat dan Timur, Asia Tengah dan Selatan, dan Amerika.
4 Tanda Smartphone Android Terserang Malware
Sudah bukan rahasia lagi kalau malware atau virus tak hanya menyerang komputer saja tetapi juga smartphone.
Terinfeksi malware adalah kemungkinan yang tak bisa dimungkiri, terutama bila kita sering install aplikasi atau software di perangkat, entah itu komputer di Windows, Mac, Linux, hingga smartphone Android.
Tak hanya file APK dari pihak ketiga, sejumlah aplikasi di Google Play Store pun dilaporkan bisa disusupi malware.
Lantas, bagaimana kita tahu smartphone Android telah terjangkit malware? Berikut adalah 4 tandanya sebagaimana dikutip dari Make Use Of, Kamis (21/12/2017).
1. Tak Disadari Kuota Berkurang Banyak
Banyak malware yang berupaya mengumpulkan data akun perbankan, nomor kartu kredit, kontak, dan lain-lain. Begitu mendapatkan informasi ini, aplikasi malware akan mentransfernya ke penjahat siber penyebar malware.
Dalam banyak kasus, transfer informasi tersebut bakal membuat kuota pengguna banyak terpakai.
2. Smartphone Lemot
Serangan malware membuat kinerja smartphone berpotensi jadi lemot.
Jika smartphone kamu jadi sangat lemot meski perangkat tersebut belum lama dibeli, bisa jadi smartphone tersebut terkena malware. Terutama jika kamu sudah me-reboot perangkat tapi tak ada perubahan apapun.
Advertisement
Dampak Lainnya
3. Baterai Boros
Kebanyakan malware dirancang untuk beroperasi di background dan terus bekerja setiap saat untuk mengambil berbagai data yang diinginkan.
Nah, cara kerja malware yang tanpa henti itu berpotensi besar membuat baterai smartphone jadi boros, padahal penggunanya hanya memakai smartphone untuk kinerja ringan.
Kamu perlu curiga saat baterai smartphone cepat drop padahal tidak dipakai untuk tugas-tugas berat.
4. Panggilan Kerap Terputus
Terkadang, saat kamu sedang menelepon, tiba-tiba telepon terputus karena sulit dapat sinyal. Namun ternyata hal itu juga bisa karena gangguan malware. Jika kamu terlalu sering mengalami panggilan terputus, bisa jadi itu adalah ulah malware.
Reporter: Fauzan Jamaludin
Sumber: Merdeka.com
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Â