Liputan6.com, Jakarta - Beredar kabar Samsung akan menghadirkan sensor pemindai sidik jari (fingerprint) dengan teknologi ultrasonic ke flagship smartphone terbarunya, Galaxy S10.
Tak tanggung-tanggung, Samsung juga menggandeng Qualcomm untuk menggarap sensor tersebut. Dengan demikian, sensor ini memungkinkan perangkat disematkan sensor fingerprint dari dalam layar.
Tak sampai di situ, rumor lain juga menyebut sensor fingerprint ultrasonic ini kabarnya akan hadir di jajaran smartphone kelas menengah (mid-range) Samsung yang akan dirilis pada tahun depan.
Advertisement
Baca Juga
“Qualcomm telah menetapkan pemesanan sensor fingerprint ultrasonic generasi berikutnya untuk smartphone mid-range dan high-end Samsung pada 2019. Pengapalannya sendiri dijadwalkan akan berlangsung pada 2018 atau awal 2019,” demikian dikutip laman DigiTimes via Ubergizmo, Senin (12/11/2018).
Teknologi fingerprint di dalam layar sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Vivo, ambil contoh, sudah lebih dulu merilis smartphone dengan teknologi tersebut.
Samsung sendiri dilaporkan hendak mengubah strateginya dalam pemanfaatan teknologi terbaru di smartphone.
Informasi ini diketahui dari pernyataan President Mobile Communications Samsung Electronics, DJ Koh, dalam wawancara terbaru dengan CNBC.
Menurut Koh, sebelumnya Samsung lebih memilih membenamkan teknologi baru di perangkat kelas premium. Namun saat ini, perusahaan asal Korea Selatan tersebut memilih untuk menggesernya ke perangkat kelas menengah.
Galaxy A Rasa Flagship
Dengan kata lain, teknologi terkini dari Samsung akan lebih dulu menyambangi model Galaxy A sebagai perangkat kelas menengah. Adapun perangkat pertama dari perubahan keputusan ini akan meluncur pada akhir 2018.
"Sebelumnya, kami selalu membawa teknologi baru ke model flagship dan membawanya ke perangkat menengah. Namun, kami telah mengubah strategi itu dengan membawa teknologi baru ke model kelas menengah," tuturnya seperti dikutip dari CNBC, Senin (10/9/2018).
Keputusan ini diambil saat kondisi penjualan smartphone global sedang melambat dan Samsung menjadi salah satu perusahaan yang terdampak.
Hal itu terlihat dari penjualan Galaxy S9 yang dilaporkan lebih rendah dari perkiraan.
Lebih lanjut Koh menuturkan, langkah itu juga diambil untuk menarik perhatian pasar dari generasi milenial.
Karenanya, kini Samsung memilih fokus ke pasar milenial yang seluruhnya belum mampu membeli perangkat flagship.
"Jadi, bagaimana cara kami menyajikan inovasi kepada pengguna milenial? Yakni dengan berupaya memberi alternatif dengan menawarkan perbedaan di kelas menengah," tuturnya.
Untuk itu, Koh sejak awal tahun sudah meminta pihak research and development Samsung bersiap menghadapi perubahan.
Alasannya, Samsung berencana untuk lebih banyak merilis model perangkat kelas menengah dalam satu tahun.
Advertisement
Penjualan Samsung Galaxy S9 Mulai Lesu
Sebelumnya, memang sempat dilaporkan penjualan flagship smartphone Samsung, Galaxy S9, pada kuartal II 2018 dilaporkan tidak sebaik tiga bulan sebelumnya.
Menurut laporan, Samsung hanya mengapalkan sembilan juta unit seri Galaxy S9 sepanjang April-Juni 2018.
Dilansir Phone Arena, Senin (23/7/2018), angka pengapalan produk tersebut menandai penurunan dari kuartal I 2018.
Sekadar informasi, Samsung mengapalkan 10,2 juta unit Galaxy S9 pada kuartal I 2018. Kendati demikian, penjualan seri Galaxy S9 diyakini masih melebihi duo Huawei P20.
Secara keseluruhan, penjualan seri Samsung Galaxy S9 pada kuartal I 2018 lebih tinggi daripada kuartal II.
Hal ini memperlihatkan melambatnya penjualan smartphone tersebut. Penjualan kuartal II untuk seri Galaxy S biasanya lebih tinggi dibandingkan kuartal I.
Misalnya, Galaxy S7 dan S7 Edge, keduanya terjual 10,3 juta unit pada kuartal I lalu. Penjualannya naik menjadi 15,6 juta unit tiga bulan setelahnya dengan total penjualan selama enam bulan 25,9 juta.
Pengapalan Galaxy S8 pada tahun lalu juga mencapai 21,2 juta unit pada periode yang sama, dua juta lebih banyak dibandingkan seri Galaxy S9.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: