Sukses

Microsoft dan Apple Balapan Jadi Perusahaan Paling Mahal

Microsoft dilaporkan bakal mengambil posisi Apple sebagai perusahaan paling mahal di AS. Namun, perebutan posisi sebagai perusahaan paling mahal di AS ini tak berlangsung lama.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Apple menjadi perusahaan AS pertama yang nilai valuasinya menyentuh angka USD 1 triliun. Saat itu nilai valuasi Microsoft sedikit di bawah Apple, yakni USD 825 miliar.

Namun kabar terbaru dilaporkan, Microsoft mengambil posisi Apple sebagai perusahaan paling mahal di AS. Namun, perebutan posisi sebagai perusahaan paling mahal di AS ini tak berlangsung lama. Kejadian ini pernah terjadi di tahun 2010.

Mengutip laman Phone Arena, Rabu (28/11/2018), pada akhir penutupan bursa AS, lagi-lagi Apple kembali menyalip posisi Microsoft sebagai perusahaan paling mahal.

Sekadar informasi, selama tiga bulan terakhir, nilai saham Microsoft turun dari USD 109,60 per saham menjadi USD 106,47. Namun, penurunan 2,9 persen ini telah juga sebanding dengan penurunan harga saham Apple yang terjun dari USD 217,94 ke 174,62 (turun 19,9 persen) selama periode yang sama.

Investor pun khawatir, penjualan iPhone yang lebih lambat dari harapan. Hal ini pula yang kemudian membuat jumlah orderan iPhone 2018 turun.

Sebenarnya bukan hanya Apple yang tengah mengalami pelambatan. Perusahaan AS lainnya, yakni Amazon, nilai sahamnya juga turun 18 persen selama tiga bulan terakhir. Penurunan nilai saham itu dari USD 1.927,68 menjadi USD 1.581,33 per lembar saham.

Hal ini sebenarnya memperlihatkan bahwa nilai saham perusahaan manapun bisa turun atau naik kembali.

Sebagai gambaran, pada 9 Januari 2007 nilai saham Apple ditutup pada USD 13,22. Padahal hari itu pula Steve Jobs memperkenalkan iPhone, sebuah produk yang kini mendongkrak nilai saham Apple naik berkali-kali lipat dibanding saat pertama kali perusahaan merilisnya.

2 dari 3 halaman

Harga iPhone Bakal Naik Gara-Gara Perang Dagang dengan Tiongkok?

Terlepas dari persaingan menjadi perusahaan paling mahal di AS, baru-baru ini Presiden AS Donald Trump menyebut, beberapa produk penting dari Apple yang diproduksi di Tiongkok bisa saja terkena tarif impor.

Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, sebagaimana dikutip dari Phone Arena, Selasa (27/11/2018), Trump mengatakan, selain meningkatkan tarif impor Tiongkok hingga 25 persen, ia juga akan menambahkan tarif pada barang-barang yang saat ini tidak terkena pajak tambahan. Rencananya, besaran tarif tersebut antara 10 atau 25 persen.

Ketika ditanya, apakah ia akan menambahkan tarif ke iPhone dan smartphone dan laptop yang dirakit di Tiongkok, Trump berkata, "Mungkin. Mungkin saja. Tergantung pada apa tarifnya, maksudnya saya bisa membuatnya jadi 10 persen, dan orang-orang bisa tetap membayarnya dengan mudah."

3 dari 3 halaman

iPhone Dirakit di Tiongkok

Sekadar diketahui, meskipun Apple merancang semua produknya di Amerika Serikat, perangkat seperti iPhone, iPad, dan lain-lain dirakit di Tiongkok dengan metode kontrak manufaktur.

Unit-unit yang telah dirakit kemudian dibawa kembali ke AS. Makanya, saat impor dari Tiongkok ke AS ini, kemungkinan iPhone bisa terkena tarif yang lebih tinggi.

Sebelumnya Trump memang punya rekomendasi bagi perusahaan-perusahaan semacam Apple. Alih-alih memproduksi iPhone di Tiongkok dan membawanya kembali ke AS, Trump menyarankan Apple untuk membuatnya di dalam negeri.

"Saran saya, mereka membangun pabrik-pabrik di Amerika Serikat dan membuat produknya di sini. Mereka juga punya banyak alternatif lainnya," kata Trump.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Â