Sukses

Ada Bug, Pesan Lawas di Facebook Muncul Kembali

Kehadiran pesan lawas di Facebook kini muncul akibat bug di platform media sosial tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah baru kembali menghantam Facebook. Kali ini, masalah berasal dari laporan sejumlah pengguna terkait pesan yang dimilikinya di platform tersebut.

Dikutip dari The Verge, Selasa (27/11/2018), sejumlah pengguna melaporkan pesan lawas yang diterima mereka beberapa tahun lalu tiba-tiba muncul, layaknya pesan baru.

Facebook segera merespon laporan ini dan menjanjikan akan mengatasi bug tersebut. Hasilnya, masalah itu kini sudah dapat diatasi.

"Sejumlah pengguna melaporkan, Facebook mengirimkan kembali sejumlah pesan lawas. Masalah ini, yang disebabkan karena update software, sudah diatasi. Kami mohon maaf," tulis Facebook dalam pernyataan resminya.

Meski terlihat sepele, masalah ini membuat sejumlah pengguna khawatir. Alasannya, ada kemungkinan pesan yang diterima itu berasal dari seseorang atau mengenai sesuatu yang ingin dilupakan.

Facebook sendiri diketahui memang mempertahankan percakapan antar penggunanya. Jadi, kecuali pengguna menghapus riwayat percakapannya secara aktif, pesan yang dikirimkan sebenarnya masih tersimpan.

Kasus serupa juga beberapa tahun lalu, tepatnya 2015. Ketika itu, fitur On This Day yang menuai persoalan dari sejumlah pengguna.

On This Day sendiri merupakan fitur pengingat Facebook yang ditampilkan pada penggunanya. Dengan fitur ini, pengguna akan diperlihatkan sejumlah momen beberapa tahun lalu yang terjadi pada hari tersebut.

Sayangnya, fitur tersebut tidak dapat mengenali membedakan momen bahagia atau sedih. Karenanya, tidak jarang momen sedih yang ingin dilupakan muncul dalam fitur On This Day di Facebook.

2 dari 3 halaman

Hacker Akses Informasi Pribadi 30 Juta Akun Pengguna Facebook

Bulan lalu, Facebook juga sempat mengungkapkan alamat email dan nomor telepon dari sekira 30 juta penggunanya diakses oleh hacker. Insiden ini sekaligus merupakan pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah perusahaan.

Para penjahat siber itu mengakses lebih rinci data 14 juta pengguna dari total korban, termasuk area tempat tinggal, status hubungan, agama dan bagian dari sejarah pencarian mereka.

Rincian informasi 14 juta pengguna yang diakses itu adalah username, jenis kelamin, lokal/bahasa, status hubungan, agama, kota asal, kota keberadaan, tanggal lahir, jenis perangkat untuk mengakses Facebook, pendidikan, pekerjaan, 10 tempat terakhir menggunakan fitur check-in atau yang di-tag, situs web, orang-orang atau Page yang diikuti, serta 15 pencarian terbaru.

Facebook akan mengirim pesan pemberitahuan kepada total 30 juta pengguna dalam beberapa hari ini, serta akan mengunggah informasi terkait di Help Center miliknya.

Kasus peretasan ini berhubungan dengan sebelumnya, yakni 50 juta akun pengguna Facebook telah diretas. Ternyata setelah ditelusuri, jumlahnya lebih sedikit.

"Ternyata lebih sedikit orang yang terkena dampak daripada yang kami pikir. Dari 50 juta orang yang token aksesnya kami yakin terdampak, sekira 30 juta yang tokennya ternyata telah dicuri," jelas Vice President Facebook, Guy Rosen.

Menurut keterangan Rosen, Federal Bureau of Investigation (FBI) tengah menginvestigasi masalah peretasan ini. Berdasarkan permintaan FBI, pihak Facebook tidak bisa mendiskusikan tentang kemungkinan dalang serangan tersebut atau rincian lain yang kemungkinan akan membahayakan proses penyelidikan.

Pihak Facebook sejauh ini masih belum mengetahui sepenuhnya rincian tersebut, tapi tetap tidak mengesampingkan kemungkinan "serangan berskala kecil" lainnya yang berkaitan dengan peretasan besar tersebut. Perusahaan akan terus menyelidiki serangan ini.

3 dari 3 halaman

Sering Bermasalah, Tingkat Optimisme Karyawan Facebook Anjlok

Karyawan Facebook tampaknya tak lagi sebahagia dulu. Hal ini berdasarkan sebuah survei internal terkait dengan sikap dan moral karyawan Facebook.

Dilaporkan oleh The Wall Street Journal, hasil survei menyebutkan optimisme karyawan Facebook anjlok dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya di tahun 2017, sebesar 84 persen karyawan mengatakan, mereka optimistis terhadap masa depan perusahaan. Namun kini, keyakinan tersebut menurun jadi 52 persen.

Sementara, pada 2017, 72 persen karyawan menyebut Facebook membuat dunia jadi tempat yang lebih baik. Namun, berdasarkan survei terbaru, angka tersebut turun jadi 53 persen. Artinya, ada 47 persen karyawan berpikir kebalikannya.

Mengutip laman Business Insider, data ini berasal dari survei internal Facebook yang berjalan dua kali setahun. Hal ini memberikan gambaran baru mengenai bagaimana sikap dan tanggapan karyawan Facebook atas banyaknya skandal yang dihadapi.

Raksasa teknologi di Silicon Valley itu memang tengah jatuh dari skandal ke skandal lainnya selama setahun terakhir. Misalnya saja, skandal Cambridge Analytica hingga Facebook yang dituding turut jadi alat dalam menyebarkan ujaran kebencian di Myanmar.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â