Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, Quora, sebuah platform tanya jawab di internet mengumumkan sistemnya telah diretas oleh hacker.
Serangan siber ini membuat informasi personal milik 100 juta pengguna Quora bobol.
Advertisement
Baca Juga
"Baru-baru ini, kami menemukan data milik sejumlah pengguna telah dilanggar karena akses tak resmi di salah satu sistem, oleh pihak ketiga," kata CEO Quora, Adam D'Angelo, sebagaimana dikutip CNET, Selasa (4/12/2018).
Untuk itu, Quora bekerja dengan cepat dalam menginvestigasi lebih jauh tentang situasi yang terjadi.
"Kami juga berupaya mengambil langkah yang tepat untuk mencegah insiden semacam ini, di kemudian hari," tuturnya.
Pelanggaran data ini, menurut D'Angelo ditemukan pada Jumat lalu. Sejumlah data pengguna yang terekspos antara lain adalah nama, alamat email, dan kata sandi yang terenkripsi.
Informasi lain yang juga terdampak adalah konten publik seperti pertanyaan, jawaban, dan komentar, serta konten non publik downvotes (semacam dislike) dan pesan langsung.
Sudah Kabari Pengguna yang Terdampak
D'Angelo mengatakan, perusahaan telah memberitahukan masalah ini kepada pengguna yang terdampak pelanggaran data. Password para pengguna yang terdampak pun telah divalidasi sebagai langkah pencegahan.
Tidak hanya itu, Quora juga telah bekerja sama dengan tim digital forensik untuk menginvestigasi masalah pelanggaran data serta melaporkan ke penegak hukum yang berwenang.
"Kami percaya, kami telah mengidentifikasi akar permasalah dan mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Meski penyelidikan tengah berlangsung, kami akan terus melakukan perbaikan keamanan," kata D'Angelo.
Advertisement
500 Juta Informasi Tamu Marriott Grup Diretas
Sehari sebelumnya, serangan siber juga diumumkan oleh jaringan hotel mewah di dunia, Marriott Group, telah diretas.
Adapun yang diretas adalah sistem reservasi tamu mereka. Karena peretasan ini, informasi pribadi milik 500 juta tamu pun terekspos.
Pihak Hotel Marriott sebagaimana dilansir CNN Business, Senin (3/12/2018) mengatakan, peretasan tersebut berdampak pada database reservasi Starwood milik mereka.
Starwood sendiri merupakan grup hotel yang dibeli pada 2016. St Regis, Westin, Sheraton, dan W Hotels termasuk dalam grup ini.
Marriot menyebut, hacker mendapatkan "akses tak resmi" ke sistem reservasi Starwood sejak 2014. Namun, perusahaan baru mengidentifikasi isu ini pada minggu lalu.
"Perusahaan baru-baru ini menemukan adanya pihak tak berizin yang memiliki salinan dan informasi terenkripsi tentang database. Kami mengambil langkah untuk menghapusnya," kata Marriott dalam pernyataannya.
Marriott mengatakan, informasi pribadi milik 327 juta orang telah tereskspos.
Di antara informasi yang terekspos antara lain ada nama, nomor telepon, alamat email, nomor paspor, tanggal lahir, hingga informasi kedatangan dan keberangkatan. Sementara, informasi kartu kredit milik jutaan orang lainnya berpotensi untuk disalahgunakan.
Marriott memperingatkan pihaknya tak dapat mengonfirmasi apakah peretas mampu mendekripsi data kartu kredit yang ikut diretas.
"Kami telah gagal memenuhi harapan tamu dan harapan kami sendiri. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung semua tamu dan menggunakan pelajaran ini untuk dipetik hikmahnya demi menjadi lebih baik," tutur CEO Marriott Arne Sorenson.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: