Sukses

Gurita Bisnis Huawei Jadi Ancaman Bagi Amerika Serikat

Huawei merupakan salah satu perusahaan Tiongkok yang terjebak di dalam perselisihan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Huawei merupakan salah satu perusahaan Tiongkok yang terjebak di dalam perselisihan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Sepak terjang perusahaan pun di pasar global tidak bisa berjalan mulus karena adanya "hambatan" untuk berbisnis di AS, termasuk untuk penjualan smartphone dan peralatan infrastruktur telekomunikasi.

Lantas apa itu Huawei dan bagaimana perannya yang dinilai dapat mengancam AS? Wall Street Journal (WSJ) pada Jumat (7/12/2018), mempublikasikan video untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dalam video berdurasi 2 menit 28 detik itu, jurnalis WSJ, Shelby Holliday, menjelaskan secara singkat mengenai hal tersebut. Mengutip data yang disampaikan WSJ, bisnis Huawei kian menggurita, tidak hanya dari sisi peralatan telekomunikasi, tapi juga untuk produk konsumen.

Huawei merupakan perusahaan peralatan telekomunikasi dan produk konsumen multinasional yang berasal dari Tiongkok. Perusahaan tercatat telah mengapalkan 52 juta smartphone pada kuartal lalu, tujuh juta unit lebih banyak daripada Apple.

Dari sisi karyawan, Huawei memiliki lebih banyak daripada Intel. Perusahaan yang bermarkas di Shenzhen, Guangdong, itu memiliki sekira 180 ribu karyawan.

Kemudian, Huawei membukukan pendapatan sebesar US$ 92,5 miliar pada 2017. Jumlahnya dua kali lipat dibandingkan Facebook.

Bisnis peralatan telekomunikasinya pun memberikan porsi besar untuk pendapatannya. Huawei saat ini merupakan perusahaan peralatan telekomunikasi terbesar dengan berbagai macam produk, termasuk swtiches, router, dan peralatan cell tower.

"Perusahaan juga menjual PC dan perangkat wearable seperti smartwatch. Selain itu, Huawei juga merupakan vendor smartphone terbesar kedua setelah Samsung," ungkap Holliday.

2 dari 3 halaman

Kompetisi dan Ancaman Siber

AS menunjukkan antipati terhadap Huawei secara terang-terangan. Selain menghambat penjualan smartphone Huawei di AS, penangkapan putri pendiri yang sekaligus salah satu petinggi perusahaan tersebut, Meng Wanzhou, di Kanada untuk diekstradisi ke AS, kian menunjukkan hal tersebut.

Holliday dalam laporannya menyoroti dua alasan yang menyebabkan hal tersebut, yakni kompetisi dan masalah ancaman keamanan siber.

Dari sisi kompetisi, Holliday secara khusus menyoroti soal pengembangan teknologi 5G. Huawei yang melakukan riset mengenai 5G sejak 2009 dinilai lebih unggul dalam pengembangan teknologi tersebut dibandingkan perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS.

"Teknologi wireless super cepat tersebut akan segera terhubung dengan apa pun. Dan itu bagus untuk Tiongkok, tapi buruk untuk AS," tuturnya.

Pemerintah AS diduga khawatir jika Huawei memenangkan kompetisi pengembangan teknologi 5G, negara tersebut suatu hari terpaksa harus membeli segala kebutuhan dari perusahaan itu. Terlebih lagi, saat ini tidak ada perusahaan besar AS yang tampak unggul di area tersebut.

3 dari 3 halaman

Ericsson dan Nokia Jadi Kompetitor Huawei di 5G

Huawei (Foto: Huawei)

Kompetitor terbesar Huawei sejauh ini adalah Ericsoon dari Swedia dan Nokia dari Finlandia.

Dari sisi keamanan siber, Negeri Paman Sam melihat Huawei sebagai sebuah ancaman. AS melihat Huawei dapat menjadi jalur bagi Tiongkok untuk memata-matai dan melakukan serangan siber.

"Karena perusahaan yang begitu besar dan teknologinya digunakan di seluruh dunia, AS khawatir Beijing akan memaksa perusahaan melakukan berbagai aktivitas, seperti mengontrol peralatan telekomunikasi dari jarak jauh, bahkan memata-matai AS dan sekutunya," ungkap Holliday.

Terlepas dari berbagai tudingan, Huawei berkali-kali menegaskan bisnisnya bebas dari intevensi pemerintah Tiongkok. Selain itu, perusahaan pun meyakinkan seluruh produnya sangat aman.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: